Kamis 24 Feb 2022 18:16 WIB

Siaga Omicron Hingga Libur Lebaran

Indonesia harus mewaspadai masa libur Lebaran yang kerap jadi pemicu kenaikan kasus.

Pengemudi ojek daring mengendarai sepeda listrik di kawasan Karet Kuningan, Jakarta, Selasa (22/2/2022). Pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali kembali diperpanjang hingga 28 Februari 2022 sebagai salah satu langkah antisipatif penanggulangan COVID-19 di tengah merebaknya varian Omicron di Indonesia.
Foto:

Hari ini, kematian Covid-19 bertambah 317 dalam 24 jam terakhir kemarin. Sehingga total kasus kematian mencapai 147.342.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berlangsung selama hampir dua tahun. Dalam perjalanannya telah terjadi dua puncak gelombang kasus, di mana puncak tertinggi terjadi pada bulan Juni dan Juli 2021 yang lalu.

"Kementerian Kesehatan konsisten menerapkan empat strategi untuk menangani pandemi covid 19 termasuk varian Omicron. Strategi pertama adalah strategi protokol kesehatan atau 5M," kata Budi di Jakarta, Kamis (24/2/2022).

Strategi kedua adalah strategi surveilans atau 3T. Strategi ketiga adalah strategi vaksinasi dan strategi keempat adalah strategi terapiutik atau perawatan.

Adapun upaya-upaya percepatan vaksinasi Covid-19 yang telah dilakukan di antaranya, meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang kerjasama dengan Kementerian, lembaga terkait, TNI-Polri, organisasi masyarakat, organisasi profesi dan unsur-unsur lainnya, baik dalam pelaksanaan program vaksinasi, identifikasi sasaran yang belum mendapatkan vaksin, serta edukasi kepada masyarakat. Budi mengatakan, sesuai prediksi para ahli pandemi akan berlangsung lama dan tidak ada yang tahu berapa lama.

"Sehingga kita harus dapat beradaptasi agar tetap bisa hidup secara produktif, dan menjaga sistem kesehatan kita agar selalu kuat dan menjaga roda perekonomian agar terus berjalan," tegasnya.

"Masyarakat harus terus diingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan dan memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat yang terus disesuaikan dengan perubahan situasi pandemi di masing-masing wilayah," sambungnya.

Sebelumnya epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengemukakan bahwa kasus kematian akibat Covid-19 merupakan indikasi adanya titik lemah dalam sistem kesehatan. "Satu kematian itu suatu studi yang harus dilakukan mendalam untuk mencari tahu apa titik lemah dari sistem di level masyarakat dan pemerintah," kata Dicky.

"Kita perlu ingat bahwa satu kasus kematian merupakan kontribusi dari banyak kasus infeksi di masyarakat. Setidaknya kalau bicara Delta, 100 kasus infeksi berkontribusi pada satu kasus kematian. Kalau untuk Omicron itu bisa lebih banyak lagi," katanya.

Menurut Dicky, satu kasus kematian akibat Covid-19 menandakan adanya keterlambatan dalam mendeteksi dini penularan penyakit pada masa wabah. Ia menyampaikan adanya keterbatasan dalam upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendeteksi dini kasus penularan Covid-19, antara lain keterbatasan kemampuan melakukan pemeriksaan yang antara lain dipengaruhi oleh jumlah warga yang terinfeksi virus corona namun tidak mengalami gejala sakit.

Orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 namun tidak mengalami gejala sakit bisa terlewat dari pemeriksaan sehingga tidak terdata sebagai penderita Covid-19 dan berisiko menularkan virus kepada orang lain. "Sehingga kasusnya saat ini lebih banyak (dari yang terdata). Dalam penilaian level oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebenarnya apa yang ditemukan pemerintah jauh lebih kecil dari yang ada di masyarakat," kata Dicky.

photo
Infografis 6 Hal yang Harus Dilakukan Saat Positif Omicron - (republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement