REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira mengatakan, kelompok anak dengan komorbid memiliki risiko keparahan sakit hingga 14 persen lebih berat bila terpapar Covid-19. Menurutnya, untuk menekan kasus kematian akibat Covid-19 terhadap balita usia 0-5 tahun perlu dilakukan analisis lebih lanjut.
"Kita ketahui varian omicron menyasar saluran napas atas dan balita ini jalan napasnya berbeda dengan orang dewasa dia seperti corong dan ada bagian yang lebih sempit. Jika omicron bereplikasi akan menyebabkan peradangan napas dan penyumbatan," ujar Yogi di Jakarta, Rabu (23/2/2022).
Menurut Yogi, untuk mencegah anak mengalami kondisi kritis akibat tertular Covid-19 perlu dilakukan observasi terhadap kemungkinan komorbid atau penyakit bawaan yang bisa memicu gejala lebih berat. Balita yang terinfeksi Covid-19 baik tanpa gejala dan bergejala ringan serta memiliki komorbid, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mengantisipasi terjadinya perburukan
"Sehingga kita harus lebih hati-hati harus lebih waspada pada kondisi khusus," ujarnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehetan per tanggal 19 Februari 2022, tercatat setidaknya 80 balita usia 0-5 tahun meninggal akibat terpapar virus corona (Covid-19) selama gelombang varian omicron sejak Januari 2022.
Sebanyak 2.484 pasien meninggal terinfeksi Covid-19 pada dua bulan terakhir dan 53 persen di antaranya merupakan warga lanjut usia (lansia) dan 53 persen sisanya warga nonlansia. "Secara pasti data mengenai tiga persen, balita atau sampai lima tahun yang meninggal dunia ini kita tidak ada informasi lebih lanjut. Mungkin bisa menanyakan para klinis langsung di rumah sakit masing-masing," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Selasa (22/2/2022).
Nadia mengungkapkan, penyebab umum kematian pada balita karena memiliki penyakit penyerta seperti, kelainan jantung, imunitas, serta kanker darah. Selain itu, sebagian besar anak-anak tertular Covid-19 tanpa gejala.
"Penyebab pada anak-anak dikarenakan kita tahu varian omicron cenderung tidak bergejala sehingga mempercepat terjadinya penularan ataupun klaster keluarga," kata dia. Berdasarkan data sampel 2.484 pasien Covid-19 yang meninggal selama gelombang omicron di Indonesia. Sebanyak 54 persen di antaranya dilaporkan memiliki komorbid atau penyakit penyerta, sementara 46 persen tanpa komorbid.