REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito memperingatkan masyarakat agar mewaspadai pergeseran tren kenaikan kasus Covid-19 ke provinsi di luar Jawa-Bali. Wiku mengatakan, saat ini proporsi kasus dari provinsi di luar Jawa dan Bali mulai mengalami peningkatan yang lebih cepat dan signifikan.
“Perlu saya tekankan, saat ini kita perlu waspada secara menyeluruh sebab data menunjukkan telah terjadi pergeseran tren kasus ke provinsi di luar Jawa-Bali,” ujar Wiku saat konferensi pers, Selasa (22/2/2022).
Wiku meminta, kondisi ini harus menjadi perhatian baik pemerintah daerah maupun masyarakat agar segera menyesuaikan langkah pengendalian yang lebih tepat. Dari data Satgas, kasus mingguan di luar Jawa-Bali hanya sekitar 600 kasus pada akhir Januari lalu.
Namun, saat ini angkanya meningkat tajam menjadi 95 ribu kasus. Hal ini, kata dia, menyebabkan kontribusi kasus di luar Jawa-Bali terhadap total kasus nasional terus mengalami peningkatan.
“Pada akhir Januari lalu, kenaikan kasus nasional hampir seluruhnya dikontribusikan oleh dari Pulau Jawa Bali yaitu 95,34 persen. Namun seiring dengan berjalannya waktu, persentase ini semakin menurun dan digantikan oleh kontribusi kasus dari provinsi luar Jawa-Bali,” jelas dia.
Wiku melanjutkan, pada awalnya provinsi di luar Jawa-Bali hanya menyumbangkan 3-4 persen dari total kasus nasional. Namun, saat ini angkanya terus mengalami kenaikan hingga mencapai 24 persen dari total kasus nasional.
Pada minggu terakhir, Sumatera Utara tercatat menjadi provinsi dengan kenaikan kasus mingguan tertinggi jika dibandingkan dengan kasus pada akhir Januari lalu. Sumatera Utara mengalami penambahan kasus sebesar 12 ribu kasus dalam satu minggu.
Disusul Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur dengan penambahan 10 ribu kasus, Sumatera Selatan 6.600 kasus, Sulawesi Utara 5.800, Lampung 5.500, Papua 4.400, Riau dan Kalimantan Selatan 4.200 kasus, serta Sumatera Barat 3.400 kasus.
“Angka-angka kasus ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan kasus pada awal Januari lalu yang hanya sekitar 40 kasus saja. Artinya, dalam 4 minggu kasus di 10 provinsi ini naik 100 hingga 300 kali lipat,” jelas dia.
Wiku pun menekankan, kondisi ini perlu menjadi kewaspadaan bersama. Sebab, kenaikan kasus di provinsi-provinsi tersebut juga diiringi dengan kenaikan kematian dan angka keterpakaian tempat tidur atau BOR meskipun tidak setinggi pada saat gelombang Delta.