REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun, mengatakan, para pengrajin tahu tempe di Jakarta Pusat menghentikan sementara kegiatan produksi. Menurut dia, hal itu imbas dari naiknya harga kedelai sejak 50 hari terakhir.
“Sejak awal Januari hingga Februari. Pada 2020 harga kedelai rerata per kilo Rp 7.000, 2021 naik jadi Rp 9.500, dan 2022 mencapai Rp 15.000,” kata Khairun ketika dihubungi awak media, Senin (21/2/2022).
Alhasil, kata dia, para perajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok sejak Senin (21/2/2022) ini hingga Rabu lusa. Langkah itu, untuk mendorong pemerintah dalam mengambil langkah lanjutan terkait naiknya harga kedelai.
“Persediaan bahan baku sebenarnya ada di tengkulak-tengkulak,” tuturnya.
Dia mencatat, produksi harian para perajin semakin turun. Dari normalnya sekitar 150 Kg per hari, menjadi 100 Kg per hari.
“Bahkan, mencapai 80 kilo ketika hari libur,” jelasnya.
Terpisah, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengimbau produsen tempe dan tahu tak melakukan aksi mogok produksi. Dia meminta, para produsen tahu dan tempe bisa bekerja sama dengan pemerintah dalam mencari solusi.
“Kami mendengar ada rencana mogok. Tentu kita hormati, tapi kami mengimbau agar tidak mogok. Kita cari solusi bersama-sama,” ujar Edy.