Senin 21 Feb 2022 21:42 WIB

Ditangkap Densus 88, Ustadz Farid Okbah: Seperti Iktikaf Tapi Dikawal

Ustadz Fardi ditangkap dengan tuduhan terorisme.

Anggota Densus 88 menangkap Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI), Ustadz Farid Okbah dengan tuduhan terorisme.
Foto:

Oleh : Mursalin Yasland, Jurnalis Republika

Cikal bakalnya mengenal dunia luar, saat ia merantau ke Jakarta pada tahun 1982. Ikut tes masuk PT, tapi tak lolos di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA) Jakarta.

Ia tak yakin hasil pengumuman itu, karena ia bisa menjawab soal dengan baik. Setelah setiap hari ditanya ke pemiliknya, ternyata hasil tes Ustadz Farid nilainya sangat bagus. Ia diterima di semester 4 dan mampu menyelesaikan kuliah dalam masa 1,5 tahun.

Jadi sarjana, ia balik kampung. Membantu ustadz kampung mengajar agama dan mendirikan pondok pesantren yang dibangun bersama ustadz di Bangil. Setelah santrinya 14 ribuan itu, ia dipanggil almamaternya untuk bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam Arab (LIPIA) sebagai ganti LPBA.

Setelah ikut kursus bahasa asing, ia merantau ke Australia, dan bekerja di perusahaan orang asing. Siang bekerja, malam harinya kuliah lagi. Lengkap sudah jenjang pendidikannya, S-1 Pendidikan Islam tahun 2000, S-2 Politik Islam di PT Al Aqidah Jakarta tahun 2002 dan kursus-kursus lainnya.

Sejak itu, ia banyak berdakwah di pelosok Tanah Air mulai dari Aceh hingga Indonesia Timur, dan juga berbagai negara di luar negeri. Bahkan ia menjadi anggota Persatuan Ulama Dunia bermarkas di Qatar.

Sebagai seorang hobi menulis, selama di penjara Densus 88 Polda DKI Jakarta, Ustadz Farid tak mau melewatkan moment menarik selama jenjang dakwah berkibar. Di dalam penjara, selain beribadah tentunya ia menuliskan kisahnya mulai dari hari pertama masuk jeruji besi.

Selama di penjara, ia tidak banyak mengeluh atau menyesal. Aktivitas ibadahnya justru semakin meningkat, dibandingkan saat ia berada di alam bebas dengan segudang aktivitas dakwah dan partainya.

“Tapi Alhamdulillah, dari hari pertama sampai ketujuh ini, saya diperlakukan dengan baik, bahkan diperhatikan khusus. Pakaian, makanan, ibada semua nyaman. Anggap saja lagi iktikaf. Cuman sepesialnya dikawal polisi sampai depan kamar mandi. Saya kira sudah melebihi presiden, ha.. ha....,” tutur Ustadz Farid.

Dalam bukunya yang penuh nasehat, ia berpesan, tidak ada manusia yang hidup tidak terkena musibah, karena itu adalah sunnatullah dalam kehidupan. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah: 155).

Maksudnya, kata dia, agar orang beriman itu mempunyai karakter sabar, tidak mudah mengeluh, karena ujian terberat itu para nabi. “... Sesungguhnya manusia yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang mengikutinya, kemudia orang-orang yang mengikuti mereka....” (HR An-Nasai).

Ustadz Farid mengakui ujian yang dihadapinya ditangkap Densus 88 dengan tuduhan tidak tanggung-tanggung terorisme, mengerikan. Ia jalani dengan syar’i dan konstitusional, dan berharap Allah SWT melepaskannya dari tuduhan yang berat itu. Menurut dia, ini hanya salah faham saja.

Ujian dan cobaan terberat bagi manusia bukan ujian keburukan (musibah) dan ujian kesenangan. Tapi, menurut salafus shaleh, semua musibah itu kecil selama tidak menimpa agama. Bila menimpa agama itulah musibah yang sebenarnya.

Rasulullah SAW memberikan panduan, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar, itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).

Selama ditahan Densus 88, ia diperlakukan dengan baik bahkan dibelikan kebutuhan pakaian untuk beberapa hari. Ibadah lancar, bahkan bisa khatam Alquran tiga hari sekali yang selama ini belum bisa karena kesibukan.

“Jadi, kalau ingin jadi orang shaleh biar ditangkat Densus 88, ha.. ha..,” tulis Ustaz Farid di akhir pengantar bukunya berjudul “Hikmah Ditangkap Densus 88 (Renungan dan Pelajaran dari Tahanan)”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement