REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penelitian RSUP Persahabatan, dr. Sitti Mardiana, MARS mengungkapkan ada sekitar 374 2.105 tenaga kesehatan di RSUP Persahabatan yang terpapar Covid-19. Sekitar 250 tenaga kesehatan melakukan isolasi mandiri karena tanpa gejala.
"Sebanyak 374 yang terpapar ada yang sudah kembali. Sekitar 250 isoman. Kami bersyukur vaksinasi lengkap ke seluru karyawan sudah mencapai angka 95 persen. Meksipun karyawan positif tapi keluhan yg dirasakan ringan dan adavyg tanpa gejala," kata Mardiana dalam jumpa pers, Kamis (17/2/2022).
Antisipasi yang dilakukan RSUP adalah dengan secara aktif melakukan upaya tracking (pelacakan), tracing (penelusuran) dan testing (pengujian) dalam mendeteksi sebaran kasus Covid-19. Dari hasil penulusuran, sebagian besar para karyawan dan nakes terpapar saat tidak berada di rumah sakit.
"Dari hasil tracking dan tracing, 70 persen penyebabnya dapat dari luar rumah sakit dan itu di luar kontrol RS, dan sisanya kemungkinan penularan rumah sakit," ujar dia.
"Kami hadapinya dengan vaksinasi terus digencarkan, kami lakukan WFH (work from home) bagi karyawan yang isoman. Dan yang penting kami terus cari tahu dan pemberian layanan telemedisin," ujar dia.
Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini pihaknya menerapkan strategi pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan pada kondisi kontigensi dan krisis tenaga kesehatan. Strategi dilakukan melalui internal rumah sakit dan eksternal rumah sakit.
Strategi internal rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal shift, mobilisasi tenaga kesehatan dari unit lain untuk membantu pelayanan di layanan Covid-19.
Dilakukan juga penyediaan transportasi antar jemput dan akomodasi untuk staf, mengurangi/menunda layanan non emergensi, meningkatkan layanan telemedisin.
Perlu juga pelibatan dokter/tenaga kesehatan yang sedang menjalankan isolasi mandiri tanpa gejala dalam pelayanan melalui telemedisin (memberikan telekonsultasi pada staf atau pasien), penugasan khusus pada dokter yang bertugas di manajemen untuk membantu pelayanan (sebagai konsultan), mobilisasi dokter di luar Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) COVID-19 untuk membantu tatalaksana pasien di bawah supervisi DPJP, serta meningkatkan kompetensi petugas dalam perawatan isolasi terutama isolasi intensif.
Selanjutnya, strategi eksternal rumah sakit, dilakukan dengan mobilisasi relawan (koas, PPDS), koordinasi dengan organisasi profesi dalam penyediaan tenaga cadangan untuk membantu, memobilisasi tenaga kesehatan RS dari wilayah kasus Covid-19 rendah ke tinggi, memobilisasi mahasiswa akhir di institusi pendidikan kesehatan terutama membantu dalam administrasi, memobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas di non faskes/administrasi kesehatan untuk membantu merawat pasien Covid-19 (dipayungi regulasi ijin praktek).
Tenaga kesehatan yang terkonfirmasi Covid-19 baik asimptomatik atau gejala ringan dengan perbaikan gejala serta hilang demam lebih dari 24 jam tanpa obat, dapat kembali bekerja minimal 5 hari setelah gejala pertama muncul (Hari ke-0) ditambah dua kali pemeriksaan NAAT dengan hasil negatif selang waktu 24 jam.
Tenaga kesehatan dengan risiko kontak erat atau terpapar Covid-19 yang sudah mendapat vaksin dosis ketiga dapat kembali bekerja setelah hasil negatif pada hari kedua setelah terpapar.
“Tenaga kesehatan yang sudah mendapat vaksin dosis kedua atau belum divaksinasi dapat kembali bekerja jika tes NAAT negatif pada hari ke 1-2 setelah terpapar dan dapat diulang pada hari ke 5-7 dan tetap bekerja dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Siti.