Rabu 16 Feb 2022 15:27 WIB

Jabar Buat Road Map Pengendalian Inflasi 2022

Pada 2021 hingga 2023 nanti, Jabar menargetkan masa pemulihan ekonomi.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Pada 2022 Jabar membuat  roadmap pengendalian inflasi.
Foto: Tim infografis Republika
Pada 2022 Jabar membuat roadmap pengendalian inflasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Meningkatnya kasus omicron, membuat pemerintah kembali memberlakukan PPKM Level 3 di sebagian daerah di Jabar. Padahal, pada

2021 hingga 2023 nanti, Jabar menargetkan masa pemulihan ekonomi.

Baca Juga

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Herawanto, optimisme perekonomian  perlu dijaga, karena pertumbuhan ekonomi nasional dan Jawa Barat pada tahun 2021 menunjukan perbaikan signifikan dalam aktivitas dan optimisme terhadap perekonomian.

"Untuk memperkuat semangat kolaborasi dan sinergi untuk terus menjaga stabilitas laju inflasi dan mendukung percepatan digitalisasi ekonomi dan daya saing Jawa Barat, kami Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil)," ujar Herawanto, Rabu (16/2/2022).

Herawanto menjelaskan, pada pertemuan tersebut, pihaknya membuat Peta Jalan atau Road Map Pengendalian Inflasi Tahun 2022-2024 yang disusun oleh TPID Provinsi dan Kab/Kota. Yakni, dengan memperhatikan tiga hal, yaitu selaras dengan peta jalan nasional, memuat substansi digitalisasi dan inovasi dalam program pengendalian inflasi yang sinergis, serta menjadi dasar rencana tindak, evaluasi, dan eksekusi program dalam pengendalian inflasi daerah.

Herawanto menambahkan roadmap pengendalian inflasi harus selalu mampu mengantisipasi berbagai tantangan yang semakin kompleks. Di antaranya, kenaikan berbagai harga komoditas strategis sejalan dengan perbaikan ekonomi global, pengendalian produksi, kenaikan tarif cukai, serta tekanan harga akibat permintaan yang bersifat musimam sehubungan dengan momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), yaitu Ramadhan dan Idulfitri.

"Untuk jangka pendek, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan operasi pasar dan optimalisasi strategi komunikasi efektif melalui edukasi belanja bijak, konsumsi bijak dan berdagang bijak," paparnya.

Sedangkan pada jangka menengah panjang, kata dia, perlu dilakukan pemetaan daerah produsen konsumen dalam rangka mengoptimalkan potensi Kerja Sama Antar Daerah (KAD), perluasan sinergi penerapan digitalisasi dalam strategi menjaga ketersediaan pasokan maupun distribusinya.

Herawanto menilai, digitalisasi menjadi tools yang semakin penting dan kunci sukes dalam upaya mengendalikan inflasi maupun pemulihan ekonomi. Di Jabar sendiri, kisah sukses penerapan digitalisasi, pemberdayaan UMKM yang sekaligus menyasar peningkatan ketersediaan pasokan pangan yang berkaitan dengan pengendalian inflasi, serta dukungan terhadap peran generasi muda di sektor pertanian (Petani Milenial) sudah ada hasilnya.

Yakni, kata dia, salah satu UMKM di bidang agro, mitra Bank Indonesia Jawa Barat, Eptilu yang berada di Kabupaten Garut telah berhasil mengembangkan business model yang menerapkan digitalisasi dan skema closed-loop. Sekaligus manjadi pilot project nasional.

"Kisah sukses yang telah dicapai Eptilu merupakan inspirasi bagi seluruh TPID di kabupaten/ kota untuk berinovasi dalam menyinergikan program pengendalian inflasi dan digitalisasi ekonomi," katanya.

Sementara menurut Sekretariat Daerah Jawa Barat yang juga selaku ketua harian TPID dan TP2DD Jawa Barat  Setiawan Wangsaatmaja, puncak Covid 19 diprediksi akan terjadi Maret hingg April 2022. Kalau semua bisa menjaga diri dan bisa menekan penyebaran pandemi maka ada harapan 2022 ekonomi akan lebih baik lagi.

"Pertumbuhan ekonomi Jabar di 2021 cukup unggul dibandingkan provinsi tetangga, Jateng dan Jatim. Jadi ada harapan yang baik di 2022, bisa lebih baik lagi," katanya.

Selama pandemi, kata dia, digitalisasi masif dilakukan di Jabar. Karena digitalitasasi ini menawarkan berbagai hal yang mampu menjembatani keberlangsungan transaksi ekonomi dan aktivitas kehidupan seluruh komponen masyarakat melalui adaptasi kebiasaan baru.

Yakni, kata dia, transaksi tanpa pertemuan fisik, melalui e-commerce, e-banking. Bahkan untuk pemenuhan kebutuhan barang dan jasa sehari-hari yang sebelumnya jarang atau janggal dilakukan tanpa bertemu muka, dapat terakomodasi dan semakin meningkat volumenya.

"Di Jabar transaksi e-commerce Naik 50,75 persen. Ini meningkat tajam, e-commerce semua elemen sudah memulai dan mempertajam kembali proses digitalisasi ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement