Senin 14 Feb 2022 10:22 WIB

Kala Warga Wadas Mengeluh ke Ganjar: Suami Saya Trauma, Takut Lihat Polisi

Ganjar secara khusus bertemu warga Wadas yang menolak penambangan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Teguh Firmansyah
Bagian punggung telapak tangan sebelah kanan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo masih terlihat bengkak saat menyambangi warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2). Kendati begitu, gubernur memastikan kondisi cedera tangannya akibat insiden kecelakaan bersepada kian membaik.
Foto: dok. Istimewa
Bagian punggung telapak tangan sebelah kanan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo masih terlihat bengkak saat menyambangi warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2). Kendati begitu, gubernur memastikan kondisi cedera tangannya akibat insiden kecelakaan bersepada kian membaik.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOREJO -- Peristiwa penangkapan warga Desa Wadas yang mewarnai proses pengukuran lahan beberapa waktu lalu masih sangat membekas. Khususnya bagi warga yang masih menolak (kontra) tambang batuan andesit bagi pembangunan bendungan Bener.

Setidaknya, ini terungkap dari penuturan sebagian warga Wadas yang masih menolak saat ditemui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Ahad (13/2/2022) kemarin.

Baca Juga

Tanpa pengawalan aparat kepolisian, Ganjar memang mengkhususkan datang untuk menemui warga yang kontra di Desa Bener dan orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini disambut di masjid Nurul Huda, Desa Wadas.

Dalam kesempatan ini, gubernur dicurhati warga banyak hal, terutama perihal kondisi sebagian warga yang masih trauma atas insiden '8 Februari' dan disebutkan masih membekas hingga saat ini.

Kepada gubernur, sejumlah warga Desa Wadas yang kontra pembangunan waduk menceritakan perihal suami serta anak- anak mereka, yang masih mengalami trauma berkepanjangan setelah sebelumnya sempat diamankan oleh aparat kepolisian.

Waliyah misalnya, menceritakan perihal  suaminya --yang sampai saat ini-- masih ketakutan jika melihat anggota polisi hingga memilih mengurung diri di kamar. Pun demikian dengan anak- anaknya yang juga masih takut keluar rumah.

"Kami ini takut Pak, suami saya ditangkap tanpa tahu masalahnya. Meskipun sekarang di rumah, tetapi kalau melihat polisi atau orang asing berseragam hitam masih ketakutan dan setiap hari masih mengurung diri di rumah, pintu selalu dikunci. Anak-anak juga trauma Pak," katanya.

Warga lain, Ana menceritakan, ia dan suaminya ditangkap aparat  kepolisian saat konflik terjadi. Suaminya ditangkap saat sedang dalam perjalanan menuju Purworejo, "Sementara saya ditangkap saat berada di desa," jelasnya

Yang lebih kasihan, lanjutnya, anak- anak yang masih kecil- kecil dan harus merasakan kedua orang tuanya ditangkap polisi, tak terkecuali anaknya. "Kami warga masih trauma pak dengan adanya kejadian kemarin, " tegas Ana kepada Ganjar Pranowo.

Menanggapi hal ini, Ganjar kembali menyampaikan permohonan maafnya  atas peristiwa yang terjadi di Desa Wadas. "Kulo nyuwun ngapuro kalih panjenengan (red; saya minta maaf pada bapak/ibu) atas peristiwa yang terjadi."

Untuk itu, Ganjar datang secara langsung menemui warga yang kontra untuk mendengarkan suara langsung dari mereka atas persoalan yang ada. "Kebetulan saya juga ingin takziah, ada sesepuh di Desa Wadas yang meninggal, semoga husnul khotimah," katanya.

Baca juga : Mengapa Polisi Mudah Labelisasi Hoaks di Insiden Wadas?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement