Kamis 10 Feb 2022 19:00 WIB

Minyak Goreng yang Masih Langka, Buah Kebijakan yang Berubah Terlalu Cepat

GAPKI nilai perubahan kebijakan minyak goreng buat produsen butuh waktu beradaptasi.

Warga mengantri beli minyak goreng dalam operasi pasar minyak goreng di Wonodadi, Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/2/2022). Operasi pasar minyak goreng murah Rp13 ribu per liter sesuai harga eceran tertinggi (HET) pemerintah tu digelar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan komoditas minyak goreng yang semakin langka dan harga yang terus melambung hingga di atas Rp20 ribu per liter.
Foto:

Wakil Ketua MPR RI Zulkifli Hasan meminta instansi terkait untuk segera mengatasi masalah minyak goreng di pasaran yang justru mengalami kelangkaan setelah adanya kebijakan satu harga dan disusul dengan kebijakan tiga harga. "Pandemi ini membuat masyarakat kita banyak yang susah. Oleh karena itu Pak Presiden Joko Widodo sudah instruksi harga minyak goreng itu satu harga untuk rakyat," kata Zulkifli, Kamis.

Namun justru kini masih terjadi kelangkaan dan harganya belum stabil. Ia mengharapkan pemerintah segera bertindak, terutama terhadap kemungkinan adanya penimbunan minyak goreng.

"Harus ditindak kalau ada penimbunan atau kenapa tidak jalan. Pak Presiden sudah dua kali perintah ini, masa tidak patuh," kata Zukifli.

Pemerintah sebelumnya telah menerapkan kebijakan minyak goreng satu harga Rp 14.000 per liter, kemudian kebijakan minyak goreng tiga harga yakni minyak goreng curah sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 liter. Akan tetapi setelah kebijakan tersebut dikeluarkan, masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng karena terjadi kelangkaan di pasaran.

Bahkan sejumlah pedagang di Pasar Manis, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, juga sulit mendapatkan pasokan minyak goreng murah tersebut untuk dijual kepada konsumen. Salah seorang pedagang di Pasar Manis Purwokerto, Icuk mengaku telah didatangi oleh tenaga pemasaran dari salah satu produsen minyak goreng kemasan premium dan menginformasikan jika akan segera mengirimkan minyak goreng yang dipesan.

Akan tetapi setelah ditunggu sampai saat sekarang, kata dia, minyak goreng yang telah dipesan tidak kunjung datang. "Kemarin katanya, harga minyak gorengnya dari sana cuma Rp 13.500 per liter dan ada juga merek lainnya yang ditawarkan dengan harga Rp 12.500 per liter. Tapi sampai sekarang tidak kunjung datang," katanya.

Pedagang lainnya, Cikem mengakui kesulitan mendapatkan pasokan minyak goreng untuk bisa dijual di Pasar Manis. Kalaupun ada, kata dia, harga minyak goreng yang ditawarkan belum sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah.

"Katanya ada subsidi, dimurahkan, tapi ternyata barangnya tidak ada. Jadi susah cari minyak goreng, banyak konsumen yang minta minyak goreng murah, tapi harganya belum stabil," katanya.

Di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, para pedagang sembako di sejumlah pasar tradisional hingga kini masih menjual minyak goreng dengan harga lama yaitu sebesar Rp 20.000 per liter karena mereka tidak ingin merugi. Sejumlah pedagang sembako di Batang, Kamis, mengatakan bahwa stok minyak goreng yang dijual para pedagang sembako adalah dari pembelian saat harga komoditas itu melambung sehingga dijual konsumen dengan harga lama.

"Kami tidak ingin merugi meski harga minyak goreng sudah dijual di pasaran Rp 14.000 per liter. Ya, jika dijual Rp 15.000 per liter, tidak apa lah meski untungnya sedikit sekali," kata pedagang sembako Rini.

Ia mengatakan sudah sepekan stok minyak goreng kemasan masih langka sehingga konsumen tidak memprotes meski harganya dijual lebih dari Rp 14 ribu per liter. "Konsumen memang banyak yang mencari minyak goreng kemasan namun kehabisan stok. Oleh karena itu, konsumen tidak banyak memprotes meski minyak goreng dijual lebih dari Rp 14.000 per liter," katanya.

photo
Harga minyak goreng masih melambung. - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement