Senin 07 Feb 2022 07:29 WIB

Antisipasi Lonjakan Covid-19, RS di Kota Bogor Konversikan 30 Persen untuk Ruang Isolasi

Tempat tidur di RS diprioritaskan bagi pasien bergejala sedang hingga kritis.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus raharjo
Petugas kesehatan saat merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor, Kompleks GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/7). Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor kembali dioperasikan untuk menurunkan ketersediaan tempat tidur rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Kota Bogor pasca terjadinya lonjakan peningkatan kasus Covid-19. Rumah sakit tersebut sudah menerima 8 pasien Covid-19 rujukan dari RSUD Kota Bogor dengan kapasitas 18 tempat tidur untuk pasien covid-19 bergejala sedang. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas kesehatan saat merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor, Kompleks GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/7). Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor kembali dioperasikan untuk menurunkan ketersediaan tempat tidur rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Kota Bogor pasca terjadinya lonjakan peningkatan kasus Covid-19. Rumah sakit tersebut sudah menerima 8 pasien Covid-19 rujukan dari RSUD Kota Bogor dengan kapasitas 18 tempat tidur untuk pasien covid-19 bergejala sedang. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR—Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, meminta rumah sakit kembali mengonversi ketersediaan tempat tidur isolasi 30 persen. Langkah cepat itu dilakukan guna mengantisipasi lonjakan penyebaran Covid-19 di Kota Bogor yang mencapai di atas 100 kasus per hari.

“Jadi yang pertama kami menyepakati untuk mendorong konversi dari tempat tidur di rumah sakit agar bisa cukup tersedia pasien pasien Covid-19,” ujarnya, Ahad (6/2/2022).

Baca Juga

Ia pun meminta agar ketersediaan tempat tidur dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan (Dinkes). Berdasarkan surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes), konversi tempat tidur minimal 30 persen.

Disamping itu, sambung dia, prosentase komposisi pasien berdasarkan kondisi klinis disampaikan secara berkala. Ini ditujukan untuk mengetahui tingkat keterpaparan pasien.

“Tempat tidur di rumah sakit betul-betul diprioritaskan bagi pasien dengan gejala sedang, berat dan kritis,” kata Bima.

Langkah ini, kata dia, dimaksudkan untuk mengendalikan angka ketersediaan tempat tidur. Hal tersebut mengikuti instruksi Menteri Kesehatan (Menkes) yang diturunkan kepada Gubernur Jawa Barat.  

Kondisi saat ini diakuinya terjadi secara cepat dan diluar prediksi. Persiapan rumah sakit dari berbagai aspek harus diperhatikan secara benar-benar. “Kita juga perkuat sistem pemantauan isolasi mandiri (isoman). Ada aplikasi Telemedicine yang kita bangun. Kemudian juga pemantauan isoman melalui puskesmas puskesmas,” tuturnya.

Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menambahkan persiapan secara menyeluruh dari berbagai aspek harus dilakukan seluruh rumah sakit di Kota Bogor. Di antaranya menyediakan tempat tidur isolasi minimal 30 persen konversi dengan evaluasi harian, menyiapkan fasilitas ICU untuk isolasi Covid-19.

Tak hanya tempat tidur, lanjutnya, persiapan seperti obat-obatan, oksigen, tenaga kesehatannya, beban  dan pengaturan SDM-nya juga diatur sedemikian rupa. “Agar pengalaman yang sudah-sudah tidak terulang lagi,” ujarnya.

Retno menyatakan, pasien Covid-19 dengan kriteria orang tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan, cukup menjalani isolasi mandiri atau ke pusat isolasi terpadu. Bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi terpapar Covid-19 bisa menjalani isolasi mandiri di hotel yang bekerja sama dengan rumah sakit berkoordinasi Dinkes Kota Bogor.

“Pemantauan dilakukan Dinkes. Rumah sakit boleh kerja sama dengan hotel untuk OTG dan gejala ringan berkoordinasi dengan Dinkes dan dibawah pengampunya rumah sakit tersebut,” katanya.

Baca juga : Kasus Omicron Naik, Angka Keterisian RS Masih 17 Persen

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement