REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banjir yang terjadi di wilayah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengakibatkan 105 warga mengungsi ke tempat aman. Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu malam (5/2), pukul 21.00 WIB.
"Warga yang mengungsi merupakan penduduk Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan," ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (6/2/2022).
Ia menambahkan, masyarakat mengungsi di dua titik aman, yaitu sebanyak 86 jiwa di TPQ Al Hikmah, sedangkan sisanya di aula kelurahan. Pihaknya mengeklaim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan dan unsur terkati telah memberikan pelayanan dasar di tempat pengungsian, seperti kesehatan dan makanan. Saat terjadi banjir, petugas BPBD bersama TNI dan Polri melakukan evakuasi warga menuju tempat pengungsian tersebut.
Di samping itu, BPBD bersama organisasi perangkat daerah lainnya juga melakukan perbaikan tanggul darurat. Identifikasi personel di lapangan, tanggul di sekitar Sungai Bremi yang jebol. Ia menambahkan, BPBD Kota Pekalongan melaporkan, banjir terjadi setelah hujan lebat mengguyur kawasan kota pada Sabtu malam sehingga debit air sungai setempat meluap.
Petugas di lapangan melakukan pembersihan sampah yang terbawa banjir maupun saluran air atau drainase di wilayah kota. Tak hanya itu, petugas gabungan membersihkan sampah yang menumpuk di sepanjang sungai.
"Laporan sore ini (6/2), sekitar pukul 15.00 WIB, wilayah terdampak masih terjadi hujan dengan intensitas ringan. Petugas BPBD masih bersiaga untuk mengantisipasi potensi banjir susulan," katanya.
Perlu diketahui, Kota Pekalongan termasuk wilayah dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Menurut kajian inaRISK, dia melanjutkan, sebanyak empat kecamatan berada pada wilayah dengan potensi bahaya tersebut.
Sementara itu, prakiraan cuaca esok hari (7/2) Kota Pekalongan masih berpeluang hujan dengan intensitas ringan. BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada dan siap siaga dalam menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi basah, seperti banjir, khususnya di puncak musim hujan di bulan Februari ini.