Kamis 27 Jan 2022 22:32 WIB

90 Persen Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun

Pengemudi kerap mengabaikan teknik pengereman yang benar.

Petugas mengevakuasi korban saat simulasi penanganan kecelakaan lalu lintas di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (26/1/2022). Simulasi yang diselenggarakan Polres Kediri Kota bersama Dinas Perhubungan, TNI, dan RS Bhayangkara Kota Kediri tersebut sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam penanganan kecelakaan lalu lintas. 90 Persen Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas mengevakuasi korban saat simulasi penanganan kecelakaan lalu lintas di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (26/1/2022). Simulasi yang diselenggarakan Polres Kediri Kota bersama Dinas Perhubungan, TNI, dan RS Bhayangkara Kota Kediri tersebut sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam penanganan kecelakaan lalu lintas. 90 Persen Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir 90 persen kecelakaan bus dan truk terjadi di jalan menurun. Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan sebagian besar pengemudi dalam kecelakaan itu mengabaikan teknik pengereman yang benar.

"Saya beritahu, hampir 90 persen lebih kecelakaan bus dan truk (karena) rem blong terjadi di jalanan menurun dan semuanya terjadi karena pengemudi mengabaikan teknik pengereman," kata Achmad, Kamis (27/1/2022).

Baca Juga

Achmad menegaskan betapa pentingnya para pengemudi untuk mengetahui teknik pengereman yang benar dan baik dalam segala kondisi jalan yang dilalui. Dia menjelaskan terdapat beberapa perbedaan teknik mengerem pada permukaan datar dengan di jalan menurun.

Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin. Sementara di jalan menurun gerakan kendaraan dipengaruhi gaya gravitasi.

"Ketika kita mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, maka putaran mesin menurun, berhenti, selesai. Tidak demikian halnya pada saat jalan menurun. Kita ngerem dengan pedal, kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itu akan didorong lagi oleh daya gravitasi. Artinya itu nggak akan selesai," kata dia.

Jadi, jika mengerem di jalan datar gunakanlah service brake atau rem pedal, tapi ketika di jalan menurun gunakanlah auxiliary brake (rem tambahan yang digunakan dengan kombinasi rem biasa pada truk atau kendaraan berat). "Bentuknya apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada namanya retarder yang terbaru," kata dia.

Ketika para pengemudi sudah mengabaikan hal itu, besar kemungkinan mereka akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, kendaraan akan mengalami brake fading (daya cengkeram kampas rem berkurang karena panas atau pemakaian berulang atau dalam kondisi kecepatan tinggi), angin tekor dan juga vapor lock (minyak rem terlalu panas sehingga mengurangi kemampuan rem).

Ketika kendaraan yang digunakan mengalami brake fading atau kampasnya panas, maka kampas rem pada kendaraan itu akan menjadi licin dan kemungkinan roda akan tetap berputar. "Ketika saya tanya pengemudinya 'apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar', saya bisa simpulkan mobil itu mengalami brake fading. Contohnya itu kecelakaan bus Padma di Sumedang," kata dia.

Berbeda halnya ketika kendaraan mengalami kejadian rem angin tekor, kejadian ini akan membuat rem terasa lebih berat ketika hendak diinjak untuk melakukan pengereman. "Yang kedua angin tekor, yang dirasakan pengemudi apa? Pedalnya mbagel, keras, nggak bisa diinjak. Contohnya di mana? Di FO (Flyover) Kretek sama di bus Purnamasari, karena tekanan anginnya di bawah 6 bar. Yang ketiga vapor lock, yaitu minyak remnya mendidih karena kandungan airnya dalam minyak rem sangat tinggi. Contohnya di Cikidang," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement