REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Relokasi pedagang kaki lima (PKL) berdampak pada hilangnya pekerjaan pendorong gerobak di Malioboro. Pendorong gerobak di kawasan Malioboro pun mengaku kebingungan untuk menghidupi keluarganya jika relokasi tetap dilakukan.
"(Pendorong gerobak) Sangat terdampak dengan relokasi, dimana puluhan tahun kami didanai oleh PKL, hidup kami bergantung dengan PKL," kata perwakilan pendorong gerobak di kawasan Malioboro, Suharjono.
Jika relokasi dilakukan, katanya, pendorong gerobak akan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan. Terutama bagi pendorong gerobak yang tidak memiliki pekerjaan sampingan selain mendorong gerobak.
"Kami mau kerja apa, soalnya kami pendorong gerobak dan kehidupan kami bergantung dari mendorong gerobak. Kalau PKL direlokasi, kami menganggur, kami harus berpenghasilan dari mana," ujarnya.
Suharjono menyebut, pihaknya tidak menolak relokasi. Namun, pendorong gerobak di Malioboro sepakat dengan PKL agar relokasi ditunda setidaknya hingga setelah lebaran tahun 2022 ini.
"Kami tidak menolak, cuma ditunda sampai lebaran karena kami sangat membutuhkan pekerjaan dan teman-teman (pendorong gerobak) yang selama ini (berusaha) mencari-cari jalan (pekerjaan lain) belum dapat juga," jelasnya.
Pihaknya meminta agar pemerintah memperhatikan nasib pendorong gerobak yang terdampak relokasi ini. Pasalnya, Pemda DIY sudah memutuskan untuk tetap melakukan relokasi di awal Februari 2022 nanti.
Bahkan, pendorong gerobak di Malioboro juga meminta agar pemerintah memberikan pekerjaan lain di lokasi baru yang ditempati PKL nantinya. Ada dua lokasi yang sudah disiapkan yakni eks Gedung Bioskop Indra dan eks Gedung Dinas Pariwisata DIY.
"Saya melihat di lokasi ada tiga pekerjaan (yang memungkinkan), mungkin di lokasi membutuhkan seorang penjaga toilet, tukang sapu dan jaga malam. Pekerjaan apapun di lokasi kami terima," kata Suharjono.