Jumat 21 Jan 2022 22:05 WIB

PB IDI: Efek Samping Vaksin Booster Sama dengan Dosis Pertama dan Kedua

Pada prinsipnya hampir semua vaksin Covid-19 memiliki efek samping yang mirip.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan menyiampak vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 sebelum disuntikkan kepada warga di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Presiden Joko Widodo mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster, dikarenakan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan akibat penyebaran varian Omicron.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas kesehatan menyiampak vaksin dosis ketiga atau booster COVID-19 sebelum disuntikkan kepada warga di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Presiden Joko Widodo mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi booster, dikarenakan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan akibat penyebaran varian Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Iris Rengganis menjelaskan, sebenarnya efek samping vaksin Covid-19 penguat (booster) sama dengan vaksin Covid-19 yang dosis pertama dan kedua. Namun, vaksin Covid-19 jenis tertentu seperti Moderna memang memiliki efek khas.

"Efek samping vaksin Covid-19 booster itu tidak berbeda, ada nyeri lokal, sistemik atau menyeluruh. Seperti nyeri di bekas suntikan, bengkak bekas suntikan, pegal, hingga rasa tidak enak," ujar Iris saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (21/1/2022).

Baca Juga

Kadang-kadang, dia melanjutkan, orang usai divaksinasi Covid-19 juga merasa lemas hingga pusing. Sebab, dia melanjutkan, prinsipnya hampir semua vaksin Covid-19 memiliki efek samping yang mirip. Namun, ada vaksin jenis tertentu seperti Moderna yang memiliki efek samping khas bekas suntikan lebih merah. Pun dengan vaksin merek lain juga ada tetapi berbeda-beda. 

"Kalau merasa lemas, pusing usai vaksin bisa beristirahat. Kalau merasa demam juga bisa diberi parasetamol atau kalau bengkak bisa dikompres air dingin," katanya.

Tak hanya itu, ia mengakui ada juga orang yang divaksinasi mengeluh merasakan efek mengantuk dan lapar. Iris mengakui, keluhan ini memang dilaporkan tetapi tidak tercatat di penelitian mengenai vaksin Covid-19. 

"Jadi, kalau merasakan efek samping seperti lapar dan ngantuk, bengkak atau lainnya maka lakukan penawarnya," ujar Iris.

Terkait efek samping vaksin booster yang dirasakan seperti mengantuk dan lapar adalah bentuk nocebo, Iris menilai ini hal berbeda. Iris menjelaskan, nocebo merupakan sisi psikis. Perlu diketahui, nocebo adalah suatu efek samping atau gejala yang memburuk dari suatu pengobatan yang tidak berbahaya karena ekspektasi atau kondisi psikologis pasien.

"Jadi, apa yang kita pikirkan, itulah yang terjadi. Makanya harus berpikiran positif karena jalan pikiran menentukan kejadian," katanya.

Kalau berpikir negatif, dia melanjutkan tentu orang yang usai divaksinasi jadi merasa tidak enak. Karena itu, ia meminta orang sebelum divaksin harus tahu kemungkinan efek sampingnya. Iris mengakui memang ada kemungkinan bisa mengalami salah satu efek samping. 

Karena itu, dia melanjutkan, usai divaksin biasanya disuruh menunggu 15 hingga 30 menit kemudian ditanya apakah merasakan sesuatu. Kalau tak merasakan apa-apa maka bisa pulang ke rumah.

Kendati demikian, dia melanjutkan, kalau merasakan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) di rumah segera lapor ke narahubung yang tercatat di kartu vaksinasi supaya tidak panik. 

"Orang yang usai divaksin dan rasakan KIPI bisa hubungi narahubung kemudian bertanya langkah selanjutnya bagaimana. Kemudian, bisa diberikan nasehat," ujarnya.

Yang penting, Iris meminta masyarakat sebelum divaksin Covid-19 harus berpikiran positif terhadap efek samping yang kemungkinan terjadi supaya nocebo tidak muncul. Jangan panik dan jangan berpikiran negatif. Sebab, vaksin terbukti aman dan efektif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement