Selasa 18 Jan 2022 11:42 WIB

Cerita Mendebarkan Tiga Jam Mengawal Translokasi 5 Harimau Sumatra

Lima harimau sumatera dipindahkan menggunakan pesawat tanpa dibius.

Translokasi lima harimau sumatera dan satu buaya lewat pesawat tanpa dibius.
Foto:

Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli

Kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang baik yaitu ada lebih dari 500 jenis tumbuhan asli Pulau Sumatera masih hidup alami sejumlah satwa liarlebih dari 40 jenis keluarga mamalia, lebih dari 180 jenis keluarga burung, harimau, gajah, buaya, kerbau liar, burung elang dan sejumlah satwa liar lainnya, terutama tiga satwa liar kunci yaitu harimau sumatera, badak sumatera dan gajah sumatera. Semua itu merupakan kekayaan alam dan aset daerah, nasional maupun dunia yang harus terus tetap terpelihara.

Empat dari lima ekor harimau asal Aceh yang dibawa ke Lampung dilepasliarkan di hutan TNBBS di Tambling, Enclave Pengekahan, Pekon Way Haru, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat. Kawasan konservasi di TWNC, TNBBS menjadi rumah baru bagi harimau sumatera menjalani rehabilitasi itu.

Pengembalian harimau sumatera ke habitatnya, menjadi begitu penting ketika penghuni hutan-hutan Sumatera itu makin menyusut populasinya. Ketika harimau kembali ke alam liar, seleksi dalam mangsa di bawahnya, kemudian hewan-hewan herbivora sebagai mangsa utamanya terseleksi, bahkan mempengaruhi sampai rumput sehingga keseimbangan ekosistem akan terwujud.

Di alam bebas, populasi predator yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan itu tinggal sekitar 400-500 ekor harimau menurut data pada tahun 2008 merujuk sumber dari the International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasi harimau sumatera semakin anjlok karena perburuan dan perdagangan ilegal bagian-bagian tubuh harimau, penangkapan mangsa harimau seperti babi dan rusa, dan kerusakan hutan.   

Harimau senang alam liar yang seluas-luasnya. Faktanya, habitat rumah semakin sempit, geraknya terbatas hutan makin rusak. Akhirnya, harimau pun tersingkir dari habitatnya dan masuk kampung. Harimau pun menyelinap ke perkampungan untuk mencari mangsa, dan bertemu manusia yang sesungguhnya selalu dihindari.

Menjelang akhir tahun 2007, TWNC dan Taman Safari Indonesia membangun pusat rehabilitasi harimau sumatera. Kelak tempat rehabilitas ini digunakan untuk berbagai harimau yang berkonflik dengan manusia atau  faktor lain, sebut saja harimau sumatera yang direlokasi dari Aceh yang bernama Pangeran, Agam, Ucok, Panti, dan Buyung menjalani rehabilitasi di Tambling di bawah pengawasan para ahli dan dokter satwa.

Pada Juli 2009, TWNC menerima satu pasien harimau sumatera dari Jambi bernama Salma. Di pusat rehabilitasi TWNC seluas satu hektare, dibangun kandang habituasi harimau. TWNC berusaha mendidik harimau untuk memunculkan sifat alaminya yang liar.

Interaksi dengan petugas TWNC diminimalkan agar sifat liar harimau tetap ada. Harimau di TWNC bukanlah harimau sirkus  yang bisa diperintahkan oleh pelatih.

Pelepasliaran harimau-harimau yang telah menjalani rehabilitasi pertama dilakukan pada 22 Juli 2008. Dua dari lima harimau yang telah sehat yaitu Pangeran dan Agam dilepaskan ke alam bebas. Kemudian pada 22 Januari 2010, Panti dan Buyung menyusul dilepas ke alam liar.

Pada awal Oktober 2011, Panti terlihat di sekitar pusat rehabilitasi TWNC, telapak kakinya terluka. Tim medis TWNC menangkap Panti dan merawat lukanya. Setelah tiga pekan dirawat dengan kasih sayang, panti yang sedang berbadan dua itu melahirkan tiga anak harimau yang diberi nama Bintang, Topan, dan Petir pada 26 Oktober 2011.

Panti dilepasliarkan kembali bersama anaknya Petir pada 3 Maret 2015. Pelepasliaran harimau merupakan proses panjang, proses seleksi, verifikasi, dan parameter-parameter khusus yang harus diamati seperti, harimau menunjukkan sifat potensial individu yang layak dilepas.

Pengamatan antara lain dilakukan pada bagaimana harimau menangkap mangsa, makan, dan bereaksi saat bertemu manusia. Kesehatan, kondisi fisik dan perkembangan reproduksinya juga diamati.

Populasi harimau sumatera di TNWC ditenggarai cenderung terus meningkat dan TNBBS menjadi kawasan konservasi dengan populasi harimau paling padat di Asia Tenggara. Pada tahun 2013, Tambling bekerja sama dengan Panthera (organisasi kucing besar dari Amerika) untuk melakukan monitoring populasi harimau di area Tambling.

Monitoring dilakukan Bersama dengan polisi hutan dan Ranger TWNC dengan menggunakan kamera jebak. Hasil monitoring diidentifikasi sebanyak 24 individu harimau berada di lokasi ini.

Pada tahun berikutnya jumlah identifikasi harimau di Tambling semakin bertambah, dengan munculnya foto anak harimau di hutan. Populasi harimau di Tambling semakin bertambah karena mendapat pengawasan ketat dari polisi hutan TNBBS termasuk Ranger TWNC yang rajin berpatroli. Tim konservasi bergerak bersama mereka untuk melakukan pengamatan dan identifikasi flora dan fauna di TWNC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement