Selasa 18 Jan 2022 01:48 WIB

BRIN: RT-LAMP Bisa Perluas Jangkauan Pendeteksian Covid-19

RT-LAMP dapat digunakan di fasilitas yang tidak memiliki alat PCR.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Indira Rezkisari
 Alat pendeteksi Covid-19 RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) disebut lebih murah dan lebih cepat daripada polymerase chain reaction (PCR).
Foto: www.wikimedia.org
Alat pendeteksi Covid-19 RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) disebut lebih murah dan lebih cepat daripada polymerase chain reaction (PCR).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alat pendeteksi Covid-19 RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) disebut lebih murah dan lebih cepat daripada polymerase chain reaction (PCR). Karena itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berharap RT-LAMP dapat digunakan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang tidak memiliki alat PCR untuk menjangkau pendeteksian Covid-19 lebih luas lagi.

"Ini kita buat di dalam negeri. Jadi diharapkan RT-LAMP bisa digunakan di fasilitas kesehatan yang tidak memiliki alat PCR dan diharapkan bisa dijangkau lebih luas dan lebih masif lagi," ungkap peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN, Tjandrawati Mozef, dalam konferensi pers daring, Senin (17/1/2022).

Baca Juga

Tjandrawati mengatakan, dalam proses pengembangannya BRIN melihat teknologi RT-LAMP sebagai alternatif yang amat potensial dalam proses pendeteksian Covid-19. Sebab, meski sama-sama menggunakan metode molekuler, dari sisi fasilitas dan bahan-bahan yang diperlukan penggunaan RT-LAMP dapat lebih murah jika dibandingkan dengan PCR.

"Di antara metode molekuler yang ada, kenapa kami mengembangkan RT LAMP ini karena memang dari sisi fasilitas dan bahan-bahan yang diperlukan itu kami melihat adanya peluang untuk itu bisa lebih murah. Tapi kalau kisaran berapa, itu sepenuhnya wewemang dari pihak mitra," ujar Tjandrawati.

Tjandrawati beberapa waktu lalu telah menyatakan, RT-LAMP dapat menjadi metode alternatif pengganti PCR untuk mendeteksi Covid-19. Pemanfaatannya dia sebut dapat meningkatkan kapasitas pengujian di Tanah Air. "Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time," kata dia.

Dia menjelaskan, RT-LAMP lebih unggul dibandingkan dengan PCR karena  tidak memerlukan alat deteksi yang mahal. Harga kitnya pun dapat lebih murah daripada PCR. Saat ini, kata dia alat PCR banyak digunakan sebagai metode standar dalam mendeteksi Covid-19. Namun, hasil dari pengujiannya lebih lama.

"RT-LAMP tidak membutuhkan peralatan mahal karena membutuhkan wadah untuk inkubasi di mana kita atur suhunya konstan selama reaksinya berlangsung, misalnya di sekitaran 60-65 menit," kata dia.

Tjandrawati menuturkan, beberapa negara, seperti Belanda dan Spanyol, telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021, RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler Nucleic Acid Amplification Test (NAAT).

"Bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik," kata dia.

Menurut Tjandrawati, perbedaan RT LAMP dengan PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target. Reaksi RT-LAMP berlangsung secara isotermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR. RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement