Rabu 12 Jan 2022 19:40 WIB

Krisis Batu Bara di PLN Ungkap Praktik Pembelian dari Makelar

Krisis di PLN memaksa pemerintah menyetop sementara ekspor batu bara.

Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Pemerintah telah mencabut kebijakan larangan ekspor batu bara secara bertahap dengan pertimbangan terkait mekanisme ekspor dan pemenuhan
Foto:

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi menyatakan, untuk mencegah terjadinya kelangkaan batu bara, PLN mengubah kontrak pembelian jangka pendek menjadi jangka panjang. Dengan klausul win-win dan continuous improvement.

"Kami mengubah kontrak kami dengan kontrak jangka panjang," ujar Agung, Selasa (11/1/2022).

Selain itu, kata Agung PLN juga meningkatkan sistem pemantauan stok batu bara melalui sistem digitalisasi. Menurut dia, saat ini PLN mengembangkan aplikasi pemantauan batu bara yang ada di PLN.

Nantinya, pemantauan stok akan dilakukan secara online. Sistem digital yang dibangun oleh PLN ini nantinya akan memberikan peringatan dini terkait ketersediaan batu bara yang sudah mendekati level tertentu, sistem antrean loading batu bara, bahkan sampai pemantauan data pemasok dalam mengirimkan batu bara sesuai komitmen kontraktualnya.

"Semua sistem administrasi akan dibuat digitalize yang terverifikasi dengan legal dan sah digunakan," ujar Agung.

Agung juga menyatakan, pasokan listrik di seluruh sistem kelistrikan dalam kondisi cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Keandalan pasokan ini dapat terus terjaga selama suplai batu bara terpenuhi.

"Kami memastikan pasokan daya listrik cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik siang maupun malam hari, meskipun di beberapa daerah mengalami peningkatan konsumsi listrik seiring dengan pulihnya perekonomian nasional," ujar Agung.

Menurut Agung, kondisi ketersediaan batu bara saat ini terus meningkat dan sudah mengalami perbaikan dibandingkan kondisi pada 31 Desember 2021. Perseroan pun terus meningkatkan kecepatan dan efektivitas bongkar muat kapal pengangkut batu bara.

"Berbagai skema pengaturan produksi pada sistem kelistrikan kami lakukan agar listrik tetap menyala, misalnya untuk di Sistem Jamali, PLTU hanya dibebankan sekitar 74 persen dari total kapasitasnya. Ini dilakukan sambil menunggu kedatangan pasokan batu bara tambahan," ujar Agung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement