Selasa 11 Jan 2022 20:24 WIB

Pemkot Cirebon akan Evaluasi PTM 100 Persen

Jam kedatangan dan kepulangan siswa sekolah harap dibagi agar lalu lintas tidak padat

Rep: lilis sri handayani/ Red: Hiru Muhammad
Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, saat meninjau PTMT 100 persen di salah satu sekolah, Selasa (11/1/2022).
Foto: istimewa
Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, saat meninjau PTMT 100 persen di salah satu sekolah, Selasa (11/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) 100 persen sudah mulai berjalan di Kota Cirebon sejak Senin (10/1/2022). Pemkot Cirebon pun akan melakukan evaluasi PTM tersebut maupun evaluasi terhadap pengendalian Covid-19.

Evaluasi yang akan dilakukan di antaranya berupa uji petik atau testing terhadap sejumlah siswa di setiap sekolah. ‘’Testing akan kita jadwalkan sebagai bagian dari evaluasi PTMT maupun evaluasi pengendalian Covid-19,’’ kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Agus Mulyadi, di sela-sela melakukan peninjauan dan monitoring Simulasi PTMT 100 persen, Selasa (11/1/2022).  

Baca Juga

Agus menjelaskan, pada Desember 2021 lalu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon juga telah melakukan testing terhadap anak-anak yang melakukan PTM. Hasilnya semua non reaktif. Evaluasi dan testing yang sama juga akan kembali digelar. Adapun waktu pelaksanaannya sekitar dua minggu setelah pelaksanaan PTMT.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, disebutkan jika berdasarkan hasil testing dan penelusuran kontak erat ternyata positivity rate di atas lima persen, maka sekolah akan ditutup. Namun kalau hasilnya masih di bawah lima persen, maka hanya lokal saja yang ditutup.‘’Sampai saat ini regulasinya seperti itu,’’ kata Agus.

Agus berharap, kondisi tersebut tidak terjadi. Dia meminta anak-anak yang sedang sakit untuk beristirahat di rumah dan tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah terlebih dahulu.

Sementara itu, berdasarkan hasil tinjauan langsung pelaksanaan PTM 100 persen, Agus menemukan ada sekolah yang muridnya masih datang bersamaan. Hal itu menyebabkan lalu lintas terlihat sangat padat. 

Untuk itu, Agus meminta kepada pihak sekolah agar bisa membagi jam masuk dan jam keluar setiap siswa. ‘’Durasi antara kedatangan dan kepulangan mohon diperhatikan,’’ tegas Agus. 

Agus mencontohkan di SD Kartini yang sudah menerapkan sistem shifting, kedatangan dan kepulangan siswa antara kelas kecil dan kelas besar dibedakan. Sehingga ada interval dan anak-anak tidak datang maupun pulang seluruhnya secara bersamaan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement