Selasa 11 Jan 2022 19:14 WIB

Satgas Sebut Penambahan Kasus Covid-19 Global Kini 2,7 Juta dalam Sehari

12 negara mengalami kenaikan kasus mingguan yang tajam melebihi gelombang sebelumnya.

Rep: Dessy Suciati S/ Red: Dwi Murdaningsih
Virus corona (ilustrasi). Perkembangan kasus Covid-19 di dunia saat ini tengah mengalami peningkatan tajam dalam dua minggu terakhir. Per 7 Januari, penambahan kasus positif telah mencapai 2,7 juta dalam sehari.
Foto: Pixabay
Virus corona (ilustrasi). Perkembangan kasus Covid-19 di dunia saat ini tengah mengalami peningkatan tajam dalam dua minggu terakhir. Per 7 Januari, penambahan kasus positif telah mencapai 2,7 juta dalam sehari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, perkembangan kasus Covid-19 di dunia saat ini tengah mengalami peningkatan tajam dalam dua minggu terakhir. Per 7 Januari, penambahan kasus positif telah mencapai 2,7 juta dalam sehari.

“Kasus Covid-19 di dunia tengah terjadi kenaikan kasus positif yang sangat signifikan, setidaknya dalam 2 minggu terakhir,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (11/1/2022).

Baca Juga

Menurut Wiku, penambahan angka tersebut tercatat sangat tinggi mengingat pada Desember 2021 penambahan kasus hanya berkisar antara 500-600 per harinya. Selain itu, perkembangan angka ini juga telah melebihi rekor tertinggi pada masa lonjakan kasus sebelumnya yang hanya mencapai satu juta kasus dalam sehari.

Satgas mencatat terdapat 12 negara yang tengah mengalami kenaikan kasus mingguan yang tajam dan melebihi kenaikan pada gelombang sebelumnya. Kanada yang mengalami kenaikan kasus mingguan 19 kali lipat dari sebelumnya 16 ribu menjadi 300 ribu kasus.

Kemudian di Amerika Serikat mengalami kenaikan kasus mingguan 10 kali lipat dari 500 ribu menjadi 5 juta kasus. Australia mencatatkan kenaikan sebesar 6 kali lipat dari 9000 menjadi 550 ribu kasus, sedangkan kenaikan di Inggris 4 kali lipat dari 300 ribu menjadi 1,2 juta kasus.

Di Prancis, kenaikan kasus mingguan mencapai 36 kali lipat dari 50 ribu menjadi 1,8 juta kasus. Sementara di Italia mengalami kenaikan 11 kali lipat dari 90 ribu kasus menjadi 1 juta kasus. Di Jerman mengalami kenaikan 2 kali lipat dari 150 ribu menjadi 350 ribu kasus, serta Belanda yang mencatatkan 2 kali lipat kenaikan dari 85 ribu kasus menjadi 160 ribu kasus.

Selain itu, di sejumlah negara di Asia terutama di Asia Tenggara juga mulai menunjukan tren peningkatan kasus. Seperti di Jepang yang mengalami kenaikan kasus mingguan 10 kali lipat dari sebelumnya 30 ribu menjadi 300 ribu.

Vietnam mengalami kenaikan kasus mingguan 5 kali lipat dari 24 ribu menjadi 136 ribu. Thailand naik 3 kali lipat dari 16 ribu menjadi 40 ribu. Sedangkan Singapura naik 2 kali lipat dari 2000 menjadi 5000.

Namun demikian, Wiku menyampaikan, kenaikan kasus di negara-negara tersebut tak disertai dengan kenaikan kematian secara signifikan. Meskipun begitu, terdapat beberapa negara yang mengalami kenaikan kematian secara perlahan, seperti di Vietnam.

“Hal ini menjadi pembelajaran kita bersama, bahwa meskipun varian Omicron yang saat ini beredar dilaporkan menimbulkan gejala yang ringan bahkan tanpa gejala, masih banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian,” jelas dia.

Satgas menyebut, beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kematian perlu dianalisis lebih lanjut, seperti ketersediaan fasilitas kesehatan, ketahanan tenaga kesehatan, kekebalan komunitas terutama pasca vaksinasi, dan keberadaan populasi rentan.

“Adanya proporsi varian lain seperti Delta dibanding varian Omicron juga perlu untuk ditelaah mengingat varian yang berbeda karakteristiknya juga akan berbeda dalam infeksinya,” ungkap Wiku.

Karena itu, Wiku pun meminta masyarakat agar terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman penularan kasus mengingat tingginya kenaikan kasus di banyak negara di dunia.

“Kenaikan kasus global yang tinggi ini tentunya perlu menjadi kewaspadaan bagi kita,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement