Selasa 11 Jan 2022 10:01 WIB

Call Center Asusila UMY dan Pendampingan Korban Seks

Pendampingan yang paling penting diberikan untuk psikologis korban kekerasan seksual.

Rep: Wahyu Suryana/Antara/ Red: Agus Yulianto
Rektor UMY  Gunawan Budiyanto
Foto: Republika/ Wihdan
Rektor UMY Gunawan Budiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memberhentikan secara tetap dengan tidak hormat oknum mahasiswa pelaku asusila. Saat ini, UMY fokus memberi pendampingan kepada korban-korban dan meningkatkan edukasi ke civitas akademika.

Ketua Komite Disiplin dan Etik Mahasiswa UMY, Faris Al Fadhat mengatakan, sejauh ini komunikasi ke salah satu korban direspons cukup baik dan pendampingan masih terus diberikan. Pendampingan yang paling penting diberikan untuk psikologis.

Sampai saat ini, dia mengungkapkan, mereka masih tetap berkuliah seperti biasa. Namun, mereka masih meminta identitas dirahasiakan karena terkait aktivitas sehari-hari, yang mana itu merupakan pula salah satu hak sebagai korban.

"Kami tetap berkomitmen, tim psikolog akan tetap mendampingi, termasuk memberi pertimbangan-pertimbangan terkait hukum serta meningkatkan kembali kepercayaan diri mereka," kata Faris, Senin (10/1).

Meski begitu, dia menekankan, kebijakan yang diambil UMY tidak didasarkan apa yang ada di media sosial, mengingat itu merupakan ranah individu. UMY, lanjut Faris, bertindak atas investigasi langsung kepada korban-korban maupun pelaku.

Faris menerangkan, pelaku sudah diminta keterangan dan tidak menyangkal terjadi perbuatan asusila dan korban mengaku mendapat paksaan. Selain pengakuan, dia menekankan, mereka dilakukan pelacakan chat-chat untuk mengonfirmasi kronologis.

Ditambah keterangan dari pihak-pihak lain, Komite Etik dan Disiplin mengambil keputusan pemberhentian. Terkait hukum, dia menegaskan, UMY tetap menghormati jika ada proses yang berjalan, tapi tetap akan mengutamakan hak-hak korban.

"Pertama kami memberi layanan psikolog, kemudian layanan hukum, tapi tetap mempertimbangkan hak dan perasaan korban," ujar Faris.

Selama ini, UMY sudah memiliki layanan konseling bagi mahasiswa, yang memberikan edukasi-edukasi soal anti-bullying dan anti-narkoba. Namun, Faris mengungkapkan, belajar dari kasus ini, akan ditingkatkan lagi aspek-aspek lain seperti asusila.

Salah satunya membuat call center khusus. Menurut Faris, selama ini sudah ada call center layanan konseling. Namun, karena belakangan marak kejadian asusila, tidak hanya di UMY tapi kampus-kampus lain, akan dihadirkan call center khusus.

"Kami mencoba menghadirkan layanan khusus, kami coba mengakomodir agar mahasiswa kita tetap merasa nyaman," kata Faris. 

 

photo
Ilustrasi kekerasan seksual di kampus - (Republika/Mardiah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement