Ahad 09 Jan 2022 01:49 WIB

IBC Batal Akuisisi Pabrik EV Jerman, Ahok Pernah Bilang: Kenapa Nggak Ajak Wuling?

Bahlil menyayangkan, StreetScooter akhirnya diakuisisi oleh BUMN asal Singapura.

Truk elektrik StreetScooter sedang diproduksi di Dueren, Jerman. Indonesia Battery Corporation (IBC) batal mengakuisisi StreetScooter.
Foto:

Menurut Ahok, Indonesia bisa mengembangkan mobil listrik sendiri. Sehingga, rencana pembelian mobil listrik asal Jerman tidak masuk akal.

Dalam siaran di kanal Youtube-nya, Ahok mempertanyakan rencana tersebut kepada jajaran direksi Pertamina yang tergabung dalam IBC.

"Narasinya apa? (kenapa) mesti beli mobil listrik di Jerman? (katanya) supaya bisa masuk pasar Amerika, China, itu yang saya bilang hati-hati," kata Ahok.

Di Amerika Serikat sendiri sudah ada Tesla, sementara untuk pasar China juga sudah ada pemain utama seperti Wuling yang bisa menawarkan kendaraan listrik dengan harga murah. Menurutnya, jika memang ingin memproduksi kendaraan listrik maka ada opsi lain yang bisa ditempuh dari mengakuisisi perusahaan di Jerman.

"Kita sudah punya aki, kita lebih baik ngembangin anak-anak ITS. Kalau Anda masih kurang ngerti, kenapa enggak ajak Wuling atau misalnya perusahaan China? Gue mau kembangin mobil pakai merk gue boleh enggak? Boleh dong," ujar Ahok.

Bahkan, menurut Ahok, ada opsi untuk bisa menawarkan saham pada IBC untuk calon mitranya. Dengan syarat, mitra tersebut memberikan bantuan untuk pengembangan kendaraan listrik dalam negeri.

Merespons Ahok pada akhir November 2021, Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau IBC Toto Nugroho menjelaskan IBC belum melakukan kesepakatan apa pun dengan produsen mobil listrik asal Jerman terkait pembelian mobil listrik.

"Ini masih dalam tahap penjajakan. Proses due diligence dari berbagai aspek yang kami lakukan," ujar Toto kepada Republika, Jumat (26/11).

Toto juga mengatakan salah satu upaya yang dilakukan IBC dalam pengembangan industri kendaraan listrik (EV) adalah dengan mengembangkan portfolio bisnis untuk mendapatkan know-how dan knowledge transfer serta mitra strategis yang memiliki kompetensi dalam pengembangan EV.

Toto juga memastikan dalam proses pencarian mitra ataupun penjajakan partner, IBC tetap mengedepankan prinsip GCG (good corporate governance) dan regulasi yang berlaku.

"Kami tetap mengedepankan prinsip GCG dan regulasi yang berlaku," ujar Toto.

Ekonom Indef, Tauhid Ahmad menilai Indonesia akan mampu menguasai industri mobil listrik global di masa mendatang. Modalnya, menurut Tauhid,  Indonesia memiliki sumber baterai listrik dari turunan nikel.

“Setahu saya sumber biaya yang paling mahal dari mobil listrik soal komponen baterai listrik. Karena satu ini kita punya daya saing,” kata Tauhid, Kamis (18/11).

Namun, menurut Tauhid, dari segi teknologi, untuk mengembangkan industri mobil listrik, Indonesia tidak dapat bekerja sendiri. Sehingga, IBC harus mencari mitra dengan perusahaan luar negeri.

“Kalau hanya mengandalkan SDM sendiri terlalu lama, mungkin bisa tapi lama,” katanya.

Menurutnya, pemerintah ke depan harus lebih banyak memberikan dukungan kepada sektor ini, seperti halnya insentif fiskal. Sebab, kalau tidak, tentunya industri mobil listrik dalam negeri tidak dapat berkembang.

“Jadi kita tidak hanya mengandalkan produk-produk luar saja,” kata dia.

photo
Indonesia menargetkan menjadi pemain utama industri baterai listrik global. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement