REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya telah mengizinkan sekolah untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) kepada 100 persen siswanya dalam satu hari. Namun, jumlah maksimal siswa dalam satu kelas masih dibatasi, yaitu 50 persen dari kapasitas yang tersedia.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Eli Suminar, mengatakan, pihaknya sudah membuat surat edaran agar sekolah melakukan PTM kepada 100 persen siswanya. Namun, bukan berarti kapasitas satu kelas diisi penuh oleh siswa yang melakukan PTM. "Dalam kelas masih dibatasi maksimal diisi 50 persen dari kapasitas. Jadi 100 persen siswa itu dibagi dalam dua shift," kata dia, saat dihubungi Republika, Jumat (7/1).
Ia mengatakan, pembagian waktu belajar para siswa dikembalikan kepada sekolah masing-masing. Sebab, jumlah siswa antara satu sekolah dan sekolah lainnya berbeda-beda."Yang penting, dalam satu waktu itu kapasitas kelas yang digunakan maksimal 50 persen," kata Eli.
Ia menjelaskan, PTM belum dilakukan 100 persen dalam satu waktu dikarenakan siswa di Kota Tasikmalaya belum seluruhnya menjalani vaksinasi Covid-19. Apalagi, program vaksinasi kepada anak usia 6-11 tahun di Kota Tasikmalaya baru mulai dilakukan dalam beberapa hari terakhir.
Kendati demikian, menurut dia, seluruh orang tua siswa sangat antusias dengan kebijakan baru tersebut. Sebab, sekarang anak mereka sudah biasa setiap hari melakukan PTM. Ia mengklaim tak ada orang tua yang melarang anaknya untuk melaksanakan PTM di sekolah."Kalau kemarin itu kan selang-seling, sekarang di sekolah, besok daring. Sekarang setiap hari PTM, tapi shift," ujar dia.
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan mengingatkan dinas pendidikan untuk terus memantau pelaksanaan PTM. Terutama dalam penerapan protokol kesehatan (prokes)."Tetap prokes ditaati, jangan lengah. Apalagi sekarang ada varian baru," kata dia.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, mengatakan, daerahnya sudah berada di Level 1 penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Artinya, laju kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya dapat dikendalikan. Namun, menurut dia, untuk melaksanakan PTM di sekolah 100 persen saat ini dinilai bukan waktu yang tepat.
Menurut dia, lonjakan kasus Covid-19 masih sangat berpotensi terjadi. Apalagi, saat ini masih momen pascaliburan, yang biasanya terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Belum lagi, lanjut dia, terdapat varian baru Covid-19 Omikron, yang disebut banyak menyasar kalangan usia anak. Sementara pelaksanaan vaksinasi Covid-19 kepada anak baru saja dimulai."Kami akan sangat confident (PTM 100 persen) apabila cakupan vaksinasi kepada anak sudah tinggi, minimal 60-70 persen," kata dia.
Selain itu, pihaknya akan terus melaksanakan penelusuran untuk memastikan tak ada lonjakan kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya. Setidaknya, apabila dalam beberapa pekan ke depan tak ada lonjakan kasus, baru PTM 100 persen lebih aman dilakukan."Harapan kami, vaksin anak harus tuntas dulu, sambil memastikan dalam beberapa bulan ke depan tak ada lonjakan kasus, baru PTM 100 persen. Meski sekarang tak ada lonjakan kasus di kita, tapi kita harus tetap waspada," ujar Uus.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, cakupan vaksinasi pertama kepada anak usia 6-11 tahun di Kota Tasikmalaya per Jumat 7 Januari, belum mencapai 1 persen. Dari total sasaran anak usia 6-11 tahun sebanyak 69.455 orang, baru 541 orang atau 0,3 persen yang menjalani vaksinasi dosis pertama.