Sabtu 01 Jan 2022 14:55 WIB

Survei LSI: Skema Baru KIP Kuliah Merdeka Dinilai Positif

LSI menilai model pembiayaan KIP Kuliah Merdeka positif untuk peningkatan mutu

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah mahasiswa mengikuti perkuliahan tatap muka terbatas (ilustrasi). Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, perubahan biaya pendidikan berdasarkan akreditasi program studi pada skema anyar KIP Kuliah Merdeka secara umum dinilai positif. Sebab, skema tersebut dinilai memberikan peluang bagi peserta KIP Kuliah Merdeka untuk mengikuti program Merdeka Belajar secara lebih baik.
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Sejumlah mahasiswa mengikuti perkuliahan tatap muka terbatas (ilustrasi). Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, perubahan biaya pendidikan berdasarkan akreditasi program studi pada skema anyar KIP Kuliah Merdeka secara umum dinilai positif. Sebab, skema tersebut dinilai memberikan peluang bagi peserta KIP Kuliah Merdeka untuk mengikuti program Merdeka Belajar secara lebih baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, perubahan biaya pendidikan berdasarkan akreditasi program studi pada skema anyar KIP Kuliah Merdeka secara umum dinilai positif. Sebab, skema tersebut dinilai memberikan peluang bagi peserta KIP Kuliah Merdeka untuk mengikuti program Merdeka Belajar secara lebih baik.

"Model pembiayaan ini juga dinilai positif untuk peningkatan mutu pembelajaran," ungkap Direktur LSI, Djayadi Hanan, dalam siaran pers, Sabtu (1/1).

Dia juga mengungkapkan, secara umum program Merdeka Belajar adalah program yang populer di kalangan penerima KIP Kuliah Merdeka maupun pimpinan perguruan tinggi. Mayoritas responden, sebesar 83,1 persennya, mengetahui program tersebut dan hampir semuanya, mencapai 91 persennya, menilai pelaksanaan program tersebut secara positif.

"Program KIP kuliah juga dinilai positif dan mendapatkan apresiasi yang tinggi, baik dari segi kemanfaatannya maupun prosesnya. Peningkatan besaran biaya hidup dinilai sudah memadai dan sudah memperhatikan dengan baik keadilan antarwilayah. Komponen terbesar biaya hidup menurut para responden adalah biaya tempat tinggal dan biaya makan," ungkap Djayadi.

Selain itu, biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang disediakan juga dinilai sudah memadai. Pengeluaran biaya pendidikan paling besar mencakup kuota internet, bahan kuliah, alat pembelajaran, dan biaya praktikum. Selama masa pandemi, terjadi penurunan pengeluaran perbulan untuk biaya pembelajaran dibanding situasi normal.

Djayadi menyampaikan, dalam survei tersebut pihaknya menggunakan metode random sampling dan jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 267 responden. Wawancara juga dilakukan menggunakan telepon oleh pewawancara yang sudah terlatih.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan KIP Kuliah Merdeka pada 26 Maret 2021 lalu sebagai kebijakan Merdeka Belajar Episode Kesembilan. Skema KIP Kuliah diubah dengan memberikan bantuan biaya pendidikan dan biaya hidup yang jauh lebih tinggi.

Perubahan itu berlaku untuk mahasiswa baru yang menerima KIP Kuliah pada tahun 2021. Anggaran yang dialokasikan untuk KIP Kuliah meningkat signifikan dari Rp 1,3 triliun pada 2020, menjadi sebesar Rp 2,5 triliun.

"Sambutan masyarakat terhadap KIP Kuliah Merdeka ini luar biasa tahun ini," jelas Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbudristek, Abdul Kahar.

Salah satu penerima manfaat KIP Kuliah Merdeka, Alifia Cantika Nurrahmah, turut menyampaikan komentar positifnya. Mahasiswi asal Sumatera Barat itu merasa beruntung karena dapat merasakan manfaat KIP Kuliah. Dia mengaku dapat lebih percaya diri untuk berkuliah dengan adanya program tersebut.

"Dengan program ini saya lebih percaya diri untuk berkuliah dan menggapai cita-cita," tutur anak sulung dari tiga bersaudara yang biasa disapa Alif itu.

Alif bercerita, dia bukanlah penerima KIP semasa di SMA. Dia mengetahui program sebelum mendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021. Awalnya, dia bingung memilih universitas dan program studi karena harus mempertimbangkan biayanya mengingat perekonomian keluarga Alif saat itu ikut terdampak akibat pandemi Covid-19.

"Setelah saya tahu ada program sebaik ini dari Kemendikbudristek, saya merasa percaya diri dan yakin untuk mengambil jurusan Agronomi dan Hortikultura Di IPB University yang jaraknya jauh dari kota asal saya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement