Ahad 19 Dec 2021 08:13 WIB

Kampung Betawi Condet dan Desa Wisata Kreatif

Warga harap program kampung kreatif di Condet bisa fokus ke pengembangan budaya.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Pengrajin dodol menjajakan dagangannya saat festival Condet, Jakarta, Sabtu (29/7).
Foto: Republika/Prayogi
Pengrajin dodol menjajakan dagangannya saat festival Condet, Jakarta, Sabtu (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan program pengembangan sekaligus pencanangan proyek percontohan desa kreatif di Kampung Betawi Condet, Jakarta Timur. Pencanangan ini juga merupakan kerja sama antara Kemenparekraf dan Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) mengenai pengembangan desa kreatif.

"Kita mengharapkan desa kreatif menjadi simbol kebangkitan ekonomi untuk membuka lapangan kerja,"ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada akhir pekan lalu.

Baca Juga

Kawasan Condet diketahui memang memiliki keterkaitan erat dengan budaya Betawi di Jakarta. Serta memiliki tingkat potensi budaya religi, edukasi, agrowisata, ekowisata, seni dan juga kearifan lokal masyarakat yang didukung dengan wisata sejarah.

Balai Budaya Condet yang menjadi tempat pelaksanaan acara juga merupakan salah satu tempat yang menjadi potensi destinasi wisata; serta pusat bagi masyarakat terutama pelaku seni untuk berkarya dan mengembangkan kesenian serta kebudayaan Betawi di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Sebagai salah satu langkah awal program pengembangan desa kreatif, lanjut Sandiaga, maka ditetapkan Keputusan Menparekraf (Kepmen) Nomor KM/107/KD.03/2021 Tahun 2021 tentang Panduan Pengembangan Desa Kreatif.

Langkah selanjutnya, Kepmen tersebut akan disosialisasikan melalui acara peluncuran untuk diketahui oleh semua para pemangku kepentingan terkait dan dijadikan acuan dalam mengembangkan desa kreatif.

"Latar belakang dari desa kreatif ini adalah pemikiran kita bahwa ekonomi kreatif ini bisa menjadi sumber ekonomi baru untuk disandingkan dengan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang dimiliki oleh desa-desa yang ada di seluruh Indonesia," kata Sandiaga.

Pemerintah Provinsi DKI juga berharap Kawasan Condet menjadi desa kreatif menjadi solusi dalam pemulihan ekonomi masyarakat, setelah pandemi hampir dua tahun ini.

"Desa kreatif ini insya Allah akan menginspirasi yang diharapkan mampu menjadi pemecah masalah dan membawa kebermanfaatan publik," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria.

Riza menyampaikan, Pemprov DKI Jakarta mendukung penuh dan siap menyukseskan kehadiran program desa kreatif di Kawasan Condet. Riza berharap seluruh masyarakat Jakarta, khususnya para pegiat desa kreatif, dapat benar-benar menjaga semangat dan daya tahannya dalam merawat dan mengembangkan desa kreatif ini yang disebutnya muncul dari spirit ekonomi publik.

"Yang tak bisa dilepaskan dari nilai-nilai dan spirit warganya, sehingga dapat mengembangkan ide atau gagasan yang intinya memberikan hal yang bermanfaat dan menarik bagi oleh orang lain," ujar dia.

Salah satu warga Condet, Abi berharap agar program kampung kreatif di Condet bisa fokus ke pengembangan di bidang budaya. “Karena Condet merupakan daerah cagar budaya yang masih kaya dengan beragam produk seni dan budaya seperti silat, musik religi hingga kuliner,” kata Abi.

Dipugar

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, baru saja meresmikan pemugaran kompleks makam Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah di TPU Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (13/12). Peresmian itu, dilakukan dirinya dengan menandatangani prasasti kompleks makam sultan Aceh yang wafat pada 6 Februari 1939 itu.

"Perjuangan itu memiliki ongkos yang amat mahal karena dia melepaskan semua yang menjadi kenyamanannya. Seorang yang dilahirkan di keluarga kesultanan dan memilih berjuang bersama rakyat. Itu adalah masa di mana orang memilih berjuang berdasarkan nilai yang diyakini sebagai kebenaran," ujar Anies.

Menurutnya, pemugaran makam itu merupakan bentuk penghormatan kepada seorang pahlawan yang memilih berjuang bersama rakyat mengusir kolonialisme. “Karena Jakarta dipilih menjadi tempat peristirahatan terakhir sultan Aceh tersebut,” tutur Anies.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement