REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) rutin menggelar kegiatan seminar dalam menunjukkan perannya sebagai institusi yang melayani kebutuhan masyarakat. Salah satunya melalui peyelenggaraan seminar dengan mengangkat berbagai macam topik yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini.
Di masa pandemi yang mengharuskan pembatasan aktivitas, Muskitnas memanfaatkan media sosial sebagai bentuk eksistensi dengan menggelar seminar online, bersinergi dengan para akademisi dari Universitas BSI (Bina Sarana Informatika).
Dengan mengusung tema Literasi Digital "Pemanfaatan Media Digital Dalam Publikasi dan Media Pembelajaran", menghadirkan akademisi dari Universitas BSI yakni, Dr Fifit Fitriansyah dan A Munanjar selaku pemateri, serta Edy Koesnadi selaku moderator acara tersebut, pada Sabtu (11/12).
Dalam penjelasannya A Munanjar menjelaskan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era digital yang memberikan kemudahan bagi perusahaan atau instansi dalam mengembangkan dan memperluas jangkauan produknya. Agar barang dan jasa mereka untuk dikenal dan diterima oleh masyarakat lebih mudah. Seperti halnya keberadaan meseum-museum di Indonesia, dapat memanfaatkan website sebagai media publikasi profesional.
“Setiap media yang digunakan untuk publikasi, memiliki karakteristik masing-masing. Untuk itu, kita wajib menyesuaikan konten publikasi sesuai dengan medianya. Media publikasi dapat mengoptimalkan media sosial seperti YouTube, Instagram, Twitter, Facebook, serta Tiktok,” jelas A Munanjar.
Ia menambahkan bahwa, media publikasi sangat penting dimiliki oleh perusahaan atau sebuah lembaga, sebagai ruang informasi publik dalam mengetahui informasi perusahaan atau lembaga tersebut. Selain itu juga sebagai media komunikasi untuk menjaga hubungan dengan publik.
Sementara itu, Dr Fifit Fitriansyah dalam paparan materinya menerangkan mengenai diskusi pemanfaatan media digital sebagai media pembelajaran. “Media pembelajaran yang baik adalah media yang sesuai dengan kebutuhan belajar para pelajar (siswa/mahasiswa). Dan yang menjadi poin penting adalah saat kita memberikan pelajaran atau materi, dengan beragam pilihan media pembelajaran. Sebagai guru atau dosen kita tetap harus mengontrol dan mendampingi anak didik kita,” jelas Fifit.
Menanggapi hal tersebut, Yeyen Supriyani mewakili PLT Museum Kebangkitan menyambuat baik kegiatan seminar online ini. Terlebih, diskusi literasi media digital ini juga memberikan nilai penting bagi keberadaan museum, yang merupakan sumber informasi dan pendidikan bagi masyarakat.
“Melalui museum, masyarakat dapat mempelajari sejarah dan ilmu pengetahuan lainnya yang tersimpan dari masa lalu. Dalam perkembangan digital saat ini, masyarakat dapat dengan mudah mengetahui lokasi-lokasi museum yang ada di Indonesia melalui website resmi dan juga media sosial museum, serta dapat datang mengujungi museum secara langsung untuk menikmati keunikan dari setiap museum di Indonesia,” ucap Yeyen.