Jumat 17 Dec 2021 03:03 WIB

Bawang Putih dan Cabai, Mampukah Indonesia Setop Impor?

Konsumsi bawang putih tiap tahun 500 ribu ton, tapi produksinya hanya 20 ribu. 

Rep: Rizky Suryarandika/Dessy Suciati Saputri/dadang Kurniaessy Suciati Saputri/Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Petugas memperlihatkan cabai saat operasi pasar cabai merah dan bawang putih di Toko Tani Indonesia Center (TTIC), Pasar Minggu, Jakarta.
Foto:

Harga cabai naik 

Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur Nanang Triatmoko mengungkapkan, terjadinya peningkatan harga cabai rawit, menjelang natal dan tahun baru (Nataru). Di tingkat petani, harga cabai rawit mencapai Rp 50 ribu per kilogram. 

Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga rata-rata cabai rawit di wilayah setempat Rp 78.327 per kilogram.

Di Kota Surabaya, harga cabai rawit di Pasar Genteng sebesar Rp 60 ribu. Kemudian di Pasar Keputran mencapai Rp 100 ribu, di Pasar Pucang Anom Rp 90 ribu, di Pasar Tambahrejo Rp 78 ribu, dan di Pasar Wonokromo Rp 90 ribu.

"Meningkatnya harga ini disebabkan stok dan produksinya yang mulai berkurang akibat curah hujan yang cukup tinggi," kata Nanang.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Hadi Sulistyo mengatakan, berdasarkan perkembangan tanaman tegakan pada kuartal ketiga 2021, potensi luas panen komoditas cabai rawit pada November seluas 1.441 hektare dan Desember seluas 8.764 hektare. Sesuai kondisi tersebut, potensi produksi komoditas cabai rawit di November mencapai 7.347 ton dan potensi produksi Desember sebesar 16.583 ton. 

"Potensi ketersediaan cabai rawit pada bulan November surplus sebesar 1.816 ton dan bulan Desember diprediksi surplus 11.052 ton," ujarnya.

Demikian halnya akumulatif dalam setahun capaian produksi cabai rawit sepanjang 2021 di Jawa Timur mencapai 474,192 ton atau surplus tahunannya mencapai 407.820 ton. Hadi menambahkan, daerah yang panenan cabai rawitnya cukup luas di akhir 2021 ini adalah Blitar, Malang, Jember, Lumajang, Sumenep, dan Probolinggo.  

"Untuk mempertahankan ketersediaan cabai ini, beberapa hal menjadi perhatian. Antara lain mengantisipasi adanya dampak La Nina berupa bencana hidrometeorologi banjir yang berpotensi mengancam sektor pertanian. Selain itu optimalisasi pewaspadaan terjadinya peningkatan serangan organisme penganggu tumbuhan, karena musim hujan memiliki kelembaban tinggi," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement