REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof Dr HM Didi Turmudzi MSi menerima kunjungan Duta Besar Indonesia Untuk Republik Yunani, Bebeb AKN Djunjunan pada Selasa (14/12) di Gedung Paguyuban Pasundan Jalan Sumatera No 41 Kota Bandung. Paguyuban Pasundan berharap ada kerja sama keilmuan dengan Yunani.
Turut hadir Prof H Eddy Jusuf, Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi (YPT) Pasundan Dr Makbul Mansyur MSi, Ketua Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah(YPDM) Pasundan Dr Dadang Mulyana MSi, Guru Besar Unpas Prof Ali Anwar, Budayawan Uu Rukmana, dan PB Paguyuban Pasundan lainnya.
"Sudah digambarkan oleh Pak Bebeb bahwa Yunani itu punya kekuatan wisata, maka kami terinspirasi bahwa bagaimana Pasundan juga dapat mengeluarkan potensinya yang luar biasa utamanya dalam sisi SDM, untuk menggali kemampuannya dan bisa memberikan manfaat bagi nusa dan bangsa," ujar Didi, dalam siaran persnya.
Menurut Didi, Deklarasi Djuanda telah membawa semangat yang besar dalam melawan penjajahan lewat kekuatan diplomasi. "Semoga Yunani dapat menjadi kawah candradimuka, bagi Pak Bebeb dalam membangkitkan kembali kejayaan pasundan di masa lalu," katanya
Sementara menurut Duta Besar Indonesia Untuk Republik Yunani, Bebeb AKN Djunjunan, sebagai orang Sunda dan pituin Jawa Barat, pihaknya ingin memberikan sumbangsih dan kontribusi dalam memajukan daerah.
"Sebagai duta besar yang dipercaya oleh presiden untuk membawa nama Indonesia, tentu saya tidak lupa dari mana saya berasal. Dan Insyaallah sebagai orang sunda, dan saya merasakan bahwa cikal bakal seseorang lahir dari budayanya. Maka tugas saya ke depan adalah membawa nama sunda sebagai komponen dari NKRI," ujar Bebeb.
Bebeb berharap, Paguyuban Pasundan bisa berperan secara lebih luas untuk menjangkau hal yang bersifat global dengan memberdayakan budaya sunda. "Kami berupaya mendukung discovery pasundan, pasundan bukan dalam arti orang sunda tapi bagian dari NKRI yang kita naikan ke format yang lebih baik secara internasional," katanya.
Bebeb mengatakan, langkah kongkrit yang akan ia lakukan ke depan adalah dengan akulturasi budaya sebagai soft power diplomacy. Khususnya, dalam melihat potensi yang akan dikembangkan untuk Indonesia, dengan mempelajari kelebihan dan kekurangannya agar dapat saling mengisi.
"Lewat discovery Pasundan kita berupaya menempatkan bagaimana peran budaya bisa keluar dari zona nyaman agar dapat masuk ke wilayah yang lebih luas dan memberikan kontribusi positif bagi Indonesia, ini yang perlu kita pelajari bersama," katanya.
"Diplomasi kebudayaan adalah hal yang digagas oleh pak Mochtar, saat menjabat sebagai mentri luar negeri. Beliau sebagai calon pahlawan nasional juga memiliki pemikiran tentang diplomasi kebudayaan yang bisa menjadi kekuatan yang tidak dimiliki negara dan bangsa lain," imbuhnya
Bangsa Indonesia, kata Bebeb, akan besatu, mengingat bangsa Indonesia telah melakukan proklamasi hingga tiga kali. Di antaranya proklamansi sumpah pemuda, proklamasi 17 Agustus 1945, dan proklamasi ketiga saat Djuanda melakukan Deklarasi wawasan nusantara.