Senin 13 Dec 2021 08:26 WIB

Kamboja Pop (K-Pop): Indonesia Ketinggalan 50 Tahun?

Pengaruh budaya Indonesia ternyata tertingal setengah abad dari negara di kawasan.

Penyanyi Kamboja Ton Chen Seyma
Foto: Youtube.com
Penyanyi Kamboja Ton Chen Seyma

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Teguh Setiawan, Jurnalis Senior

Video di Youtube 'Are You Ok? | TON CHANSEYMA [MV]' yang diunggah sejak 4 Nov 2021 sampai kini telah ditonton 111.425.100 juta orang. Sebanyak 80 juta penontonnya orang Indonesia. Istri saya bilang, lagu itu sudah jadi lagu senam zumba.

Saya baru saja mendengar lagu ini karena diberi tahu anak saya. Penyanyinya Ton Chen Seyma. Judul lagunya: "Are You Okay".

Lirik lagu itu saya dengerin, lalu saya menggelengkan kepala. Ada bahasa Indonesia dalam lagu itu, yang diucapkan sangat fasih, yaitu 'Apakah Kamu Baik-Baik Saja'.

Saya berasumsi lagu ini diarahkan ke pasar Indonesia. Soal mengapa pengucapan Bahasa Indonesia sangat fasih, anak saya mengatakan bahasa Indonesia telah menjadi second language atau bahasa kedua negara-negara Asia Tenggara.

Di Vietnam, Kamboja, dan Laos, kursus bahasa Indonesia menjamur, kata anak saya. Pertanyaannya, mengapa kita tidak bisa ekspor produk budaya ke tiga negara itu, tapi justru kita terjajah oleh produk mereka?

"Nggak tahu dah," kata anak saya.

Sebelum saya mendengar lagu ini, saya masih berasumsi industri musik Kamboja tertinggal 200 tahun di belakang Indonesia. Hampir semua musisi Kamboja era 1970-an terbunuh di tangan Khmer Merah, ketika Pol Pot dan Khieu Samphan menjalankan ruralisasi paksa.

Kini, saya bisa pastikan industri musik Indonesia tertinggal 50 tahun di belakang Kamboja. Hampir seluruh musisi yang kita miliki telah berhenti menghasilkan karya-karya baru dan cari makan dengan menempel ke penguasa.

Baca juga : 6 Penyebab Fluktuasi Berat Badan Menurut Pakar

Pengamatan saya terhadap industri budaya Asia, terhitung sejak K-Pop muncul dan industri musik Jepang surut, sama sekali tidak memperhitungkan Kamboja sebagai 'penjajah' budaya berikut. Saya lebih memilih Vietnam dengan V-Pop-nya yang akan merambah kawasan Asia Tenggara.

Saya keliru. Secara musikalitas, Vietnam mungkin lebih maju. Kamboja ternyata lebih mampu mengendus selera pasar Indonesia dan komunitas rumpun Melayu--etnis terbesar di Asia Tenggara.

Lalu saya bertanya kapan negeri terbesar di Asia Tenggara ini punya kemampuan mengekspor produk budaya secara masif? 

Saya nggak bisa jawab. Sebab, mengutip Kahlil Gibran: "Kasihan sebuah bangsa yang senimannya tukang tambal dan tukang tiru!:

Jadi, mari kita dengarkan saja Are You Okay.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement