Dwikorita menjelaskan kondisi rob dilatarbelakangi pada Desember dan menjelang Januari-Februari 2022, di mana intensitas cuaca ekstrem semakin meningkat. Hal tersebut dipengaruhi musim hujan, dan juga ada pengaruh La Nina.
Kemudian ada pengaruh dari monsun Asia yang mengakibatkan curah hujan semakin meningkat kondisi ekstrem semakin meningkat. Hal itu semakin diperparah dengan adanya pola sirkulasi siklonik dan seruak dingin yang aktif di Laut China Selatan, yang memberikan dampak signifikan pada peningkatan tinggi gelombang yang dapat mencapai 4-6 meter di wilayah perairan Natuna.
Selain itu, kondisi kecepatan angin signifikan berkisar 25 hingga 30 knots. Kondisi tersebut menyebabkan tinggi gelombang hingga mencapai 4-6 meter, serta kecepatan angin yang terpantau di Samudra Pasifik Timur Filipina juga memberikan dampak terhadap peningkatan tinggi gelombang di wilayah utara Indonesia bagian timur.
"Maka masyarakat diimbau selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari gelombang tinggi dan pasang muka air laut tersebut," ujar Dwikorita.