REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Volume sampah di Desa Ranuklindungan, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, semakin hari kian meningkat. Ironisnya, di area timur Kabupaten Pasuruan ini belum tersedia Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Warga kerap membakar dan membuang sampah di sungai-sungai. Kondisi memprihatinkan ini pun membuat Joyo Purnomo (47 tahun) tergerak untuk mengatasi masalah sampah di wilayahnya sejak 2017.
Dia bersama warga desa bekerja sama dengan PT Indonesia Power Grati POMU, melakukan pengelolaan sampah. Purnomo yang merupakan binaan dari Indonesia Power (IP), kemudian menginisiasi berdirinya Rumah Kompos Power Green Desa Ranuklindungan.
Tujuan berdirinya rumah kompos itu, menurutnya, tak lain agar rakyat di daerahnya tersadar akan kesehatan dan hidup bersih. Pengelolaan sampah ini juga, ujar dia, bisa bermanfaat baik untuk lingkungan maupun perekonomian masyarakat.
"Rumah Kompos Power Green Desa Ranuklindungan menjadi pengelola sampah organik pertama di Kecamatan Grati dan menyuplai kompos di area Pasuruan Timur," ujar Purnomo kepada Republika, Selasa (7/12).
Purnomo mengatakan, permasalahan sampah di daerahnya tak hanya karena belum tersedianya TPA di area Timur Kabupaten Pasuruan. Namun, juga karena sampah organik PLTGU Grati dan Desa Ranuklindungan yang tidak terkelola.
Hingga kini, dia dan warga desa merasakan dampak yang sangat baik bagi kelangsungan hidup di wilayahnya. Di antaranya berkurangnya asap dari pembakaran sampah, lingkungan yang bersih, dan keterbukaan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Diketahui bahwa Rumah Kompos Power Green memberdayakan 28 orang lansia dan 4 orang pemuda. Purnomo mengatakan, setiap harinya ada empat pekerja yang melakukan kegiatan pengelolaan sampah.
"Tambahan pendapatan bagi pengelola Rumah Kompos Power Green sebesar Rp 4,2 juta per kelompok per bulan," kata Purnomo.
Purnomo menjelaskan, Rumah Kompos Power Green terintegrasi dengan program Dewi Endang Sukarni atau Desa Wisata Enak, dipandang suka warna-warni. Rumah Kompos Power Green juga menghasilkan berbagai produk.
Produknya mulai dari kompos 100 persen organik kering dan media tanam 17 persen tanah humus, 33 persen pupuk kandang, dan 50 persen kompos. Rumah Kompos Power Green juga menghasilkan pupuk cair yakni lindi hasil pengolahan kompos Perintis.
Selain itu, Rumah Kompos ini juga memiliki keunikan lainnya seperti bahan bakar mesin pencacah kompos yang menggunakan solar hasil pirolisis sampah plastik. "Kehadiran Rumah Kompos Power Green ini sangat berarti. Tak hanya mengatasi sampah, tetapi juga masalah ekonomi yang ada di desa ini," kata Purnomo.
"Harapan saya juga, masyarakat tetap berkomitmen lewat sosialisasi," ujarnya.