Selasa 07 Dec 2021 00:21 WIB

PBNU Terima Kunjungan Dubes AS

Masalah Timur Tengah dan peningkatan kerja sama dibahas dalam pertemuan PBNU-Dubes AS

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Yong Kim, di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (6/12). Kedatangan Dubes Kim disambut oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Helmy Faishal Zaini, serta Ketua PBNU Marsudi Syuhud dan Robikin Emhas.

Dalam pertemuan itu dibahas sejumlah hal, di antaranya terkait masalah Timur Tengah dan peningkatan kerja sama kedua pihak. Said Aqil mengaku prihatin dengan keadaan di Timur Tengah khususnya Irak dan Palestina, juga beberapa negara Islam, seperti Libya, Afghanistandan Somalia yang masih belum damai. Menurut dia, AS memiliki peran besar dalam mewujudkan perdamaian itu. "Peranan Amerika juga sangat besar dalam perdamaian di Timur Tengah," katanya.

Baca Juga

Said Aqil juga mengajak Dubes Kim untuk menjadikan radikalisme, terorisme, dan narkoba sebagai musuh bersama yang harus diperangi guna mewujudkan hidup yang penuh kedamaian. Dubes Kim mengapresiasi tampilnya NU sebagai sebuah organisasi yang mengusung dan mengampanyekan toleransi agar kehidupan damai dan kerukunan beragama dapat berjalan. Menurut dia, NU merupakan organisasi yang penting dalam mengupayakan perdamaian itu.

Ia menyampaikan bahwa Amerika Serikat mendukung NU dalam mewujudkan perdamaian di Palestina. Kim mengaku bangga Kedubes AS dapat bekerja sama dengan NU. "Kami berkeinginan memperluas kerja sama kemitraan dengan NU," ujarnya lagi.

Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengatakan perlu ada peningkatan kerja sama dalam mewujudkan perdamaian bagi dunia. Menurut dia, hal itu dapat diwujudkan dengan kampanye Islam Indonesia melalui forum-forum seminar dan sebagainya.

Pada bidang pendidikan, kata Helmy, perlu ada pemberian beasiswa bagi para santri untuk melanjutkan studi di Amerika Serikat sebagai negara dengan pendidikan yang sangat baik. Beasiswa yang sama dan program pertukaran budaya juga perlu diberikan kepada pengajar di pondok pesantren. Menurut Helmy, peningkatan kerja sama perlu juga dilakukan dalam bidang entrepreneurship untuk membentuk wirausaha-wirausaha baru.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement