REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Gubernur Sumatra Barat, Audy Joinaldy, mengatakan kesiapsiagaan di Sumbar terus terjaga meskipun secara risiko daerah tersebut termasuk rendah. Pasalnya, wilayah ini tidak memiliki banyak lahan gambut dan sawit yang biasanya sering terbakar.
"Biasanya kebakaran itu terjadi di kebun sawit dan lahan gambut. Kita di Sumbar hanya punya sekitar 500 ribu hektare lahan sawit, jauh lebih sedikit dari Riau yang mencapai 5 juta hektare. Karena itu kejadian karhutla di Sumbar termasuk sedikit," kata Audy Joinaldy saat Rakor Optimalisasi Pengendalian Kebakaran Hutan di Padang, Kamis (1/12).
Meski risiko rendah, menurut Audy, Sumbar tidak abai terhadap potensi kebakaran hutan. Pada 10 UPT Dinas Kehutanan Sumbar tersedia peralatan yang cukup lengkap seperti pompa apung, pompa besar, pompa kecil, drone dan personel.
Ia menilai titik api di Sumbar juga tidak banyak karena sudah berhasil dicegah lebih awal. Menurut Audy, Sumbar bisa menjadi percontohan di Indonesia dalam hal kesiapsiagaan karhutla meski dengan risiko rendah.
Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi, mengatakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2020 semua stakeholder terkait karhutla diperintahkan untuk turut aktif dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Jika ada titik api harus segera dipadamkan, jangan sampai meluas. "Presiden juga memerintahkan untuk mencarikan solusi permanen untuk pembakaran hutan dan lahan bermotif ekonomi, penegakan hukum secara tegas akan memberikan efek jera," ucap Yozawardi.
Dinas kehutanan Sumbar menurutnya juga meningkatkan frekuensi patroli sebagai langkah pencegahan kejadian karhutla.