Rabu 01 Dec 2021 18:57 WIB

Penutupan Anak Cucu BUMN, Upaya Menjaga Induk BUMN Sehat

Erick menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi.

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keterangan pers di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (1/12/2021). Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan efisiensi di perusahaan-perusahaan milik BUMN dilakukan untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar.
Foto:

Efisiensi di perusahaan-perusahaan milik BUMN tersebut dilakukan untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. "Karena terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, buat apa kita punya. Kadang holdingnya sehat tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holdingnya, nah ini yang harus kita bongkar, kita setop dan kurangi. Karena kita ingin membuat holding-holding yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. Kita lihat sekarang ini, rantai pasok sedang terdistrupsi, container kesulitan, harga bahan pupuk naik, sekarang kan kita harus lebih efisien agar bisa bersaing," ujar Erick.

Erick menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi. Pasalnya, BUMN sebagai lokomotif keuangan ekonomi Indonesia harus kuat dan sehat.

Oleh karena itu, berbagai kemungkinan efisiensi akan terus dilakukan, termasuk dengan menggabungkan anak-anak perusahaan, atau pun refocusing proses bisnis dari BUMN. Sebagai contoh konsolidasi perusahaan Energy Management Indonesia dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan, bahkan BUMN-nya sendiri kita gabungkan, contohnya Perinus dan Perindo sebagai dua perusahaan perikanan di BUMN, buat apa punya perusahaan kan lebih baik satu saja, BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi satu di bidang logistik. Kemudian, Energy Management Indonesia juga dikonsolidasikan dengan PLN jadi di bawah PLN, fungsinya ya mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy," ucap Erick.

Menurutnya, perbaikan model harus terus dilakukan sebagai bentuk adaptasi di era distrupsi yang terjadi saat ini. Dengan adanya distrupsi di bidang teknologi atau pun kesehatan, bisnis model BUMN juga harus berubah.

Erick juga mencontohkan, perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.

"Terbukti, sekarang Telkom valuasinya, market cap-nya terus naik 6 bulan terakhir menjadi Rp 411 triliun, ini sejarah buat Telkom. Sekarang market cap-nya ketika industri telko dipertanyakan itu sunset, tetapi Telkom bisa tetap mendapatkan pertumbuhan revenue 6,1 persen yaitu kurang lebih Rp 106 triliun sehingga dibandingkan perusahana-perusahaan telko lainnya, Telkom sekarang tetap tumbuh," ungkap Erick.

Erick menilai Telkom akan tertinggal jika hanya mengandalkan pada layanan telekomunikasi. Erick menyampaikan Telkom terus bertransformasi dalam pelayanan data center, cloud, dan infrastruktur.

"Itulah kenapa fungsinya kita melakukan perubahan daripada bisnis model dan tetap melakukan benchmarking dengan negara lain dan perusahaan lain supaya kita ini bangun dari tidur, jangan asyik sendiri. Kita ini tidak boleh terus berada di zona nyaman," kata Erick.

Ke depan Erick menargetkan pemangkasan di BUMN dengan pendapatan di bawah Rp 50 miliar. Erick mempertanyakan keberadaan BUMN dengan pendapatan kecil tersebut yang tentu tidak memberikan kontribusi bagi negara dan masyarakat.

"Saya melihat kalau BUMN itu kecil-kecil buat apa. Jadi daripada BUMN jadi bersaing dengan perusahaan menengah, buat apa," ujar Erick.

Erick tak ingin BUMN kecil tersebut justru bersaing dengan swasta, UMKM, dan dengan perusahaan daerah. Erick menyebut hal ini berdampak negatif dari sisi pembukaan lapangan kerja. Pasalnya, lanjut Erick, UMKM merupakan sektor yang membuka lapangan kerja terbesar dibandingkan industri lain. "Saya berinisiasi, kalau didukung DPR, BPK, BPKP, Kejaksaan, semua (BUMN) yang di bawah Rp 50 miliar, tidak usah (jadi) BUMN lah, suruh pengusaha muda, pengusaha daerah," ucap Erick.

Dengan begitu, ungkap Erick, akan meningkatkan pertumbuhan jumlah pewirausaha baru. BUMN sebagai lokomotif perekonomian Indonesia, ucap Erick, harus mempunyai dampak besar bagi negara dan masyarakat.

"Kita (BUMN) main yang gede-gede, BRI, PLN, Pegadaian, Telkom, MIND ID, Pertamina, tapi yang gede-gede ini harus jadi penyeimbang dan mengintersepsi pasar supaya terjadi keseimbangan," kata Erick. Ia ingin pasar domestik dan sumber daya alam menjadi sumber pertumbuhan Indonesia, bukan malah menjadi sumber pertumbuhan negara lain.

photo
Menteri BUMN Erick Thohir merampingkan jumlah klaster BUMN. - (Tim infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement