REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) menggelar lomba Kreativitas dan Inovasi Urang Bogor (Kribo) 2021. Dalam lomba ini, siswa SMPN 6 Kota Bogor menjadi juara 1 kategori sekolah, dengan inovasi mengolah daun ketapang kering menjadi tinta spidol.
Kepala Bappeda Kota Bogor Rudy Mashudi, mengatakan lomba Kribo ini pertama kali digelar pada 2019. Tahun ini, Kribo dilaksanakan sejak 23 Agustus dengan melalui empat tahapan, mulai dari sosialisasi, pengumpulan proposal, seleksi administrasi dan substansi, proses pengecekan lapangan, presentasi dan hari ini pengumuman pemenang.
“Kribo pertama kali digelar 2019 dengan jumlah peserta 39 peserta, 2020 tidak digelar akibat Pandemi Covid-19. Di 2021 peserta mengalami kenaikan dua kali lipatnya menjadi 76 di antaranya SMP dan SMA 27 peserta, PTN dan lembaga penelitian 13 peserta dan masyarakat umum 36 peserta,” ujar Rudy, Rabu (1/12).
Rudy menjelaskan, poin-poin yang dinilai juri di antaranya kebaruan, kemanfaatan dan pengembangan dari inovasi. Setelah pengumuman pemenang ini, Pemkot Bogor akan memfasilitasi semua inovasi para juara untuk didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Namun sebelumnya akan ada inkubasi dan kemudian diproduksi massal berkoordinasi dengan dinas terkait.
“Jadi memang inovasinya tidak berhenti di lomba. Tahun depan kita akan persiapkan lomba Kribo lebih baik lagi, tahun ini pun kami sempat ragu tapi Alhamdulillah ada peningkatan peserta, total hadiah hampir Rp 100 juta,” jelasnya.
Sang Juara 1 Kategori Sekolah, Nova Navasya, yang merupakan siswi SMPN 6 mengatakan, dia membuat inovasi daun ketapang kering menjadi tinta spidol bersama rekannya, Zahra Fadhilah Susanti.
Nova menceritakan, awal mula ide itu tercetus ketika melihat limbah daun ketapang kering di halaman sekolahnya. Tanpa diduga, inovasinya membawa ia dan Zahra meraih juara.
Dia menjelaskan, daun ketapang kering yang diperolehnya, dijemur di bawah sinar matahari selama dua hingga tiga hari. Daun ketapang yang sudah kering lalu di blender, kemudian dimasukkan ke dalam kapot ditunggu sampai sari daun ketapang keluar. “Kemudian didiamkan pakai paku berkarat dan maizena, jadilah tinta spidol yang harganya lebih murah dan ramah lingkungan,” katanya.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, mengatakan sejak 2014 Pemkot Bogor berusaha melakukan tiga hal terkait tantangan melakukan hal baru. Pertama, membangun kultur inovasi bagaimana semua terbiasa dengan hal-hal baru.
Di awali pada 2019, ia meminta Bappeda mengambil posisi strategis untuk leading sektor dalam hal berinovasi dan berkreasi. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pun dituntut berinovasi dan berkreasi. Hasilnya di 2019 dan 2020 Kota Bogor dinobatkan menjadi Kota Paling Inovatif.“Tapi saya sadar ternyata yang menjadi PR bukan menumbuhkan kulturnya, tapi dua hal yakni sumber dari inovasi tidak boleh terbatas. Inovasi harus dibuka untuk semua bukan hanya ASN, tapi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Sehingga bukan saja menumbuhkan inovasi tapi membuka ruang kolaborasi,” imbuhnya.
Bima Arya melanjutkan, cara kedua bagaimana agar inovasi menjadi kelembagaan dan berlanjut. Sehingga siapapun wali kotanya nanti mewarisi suatu sistem yang inovasinya terdepan, ada perwali, kegiatan, inovasi dimanfaatkan dan menghasilkan hal baik.