Selasa 30 Nov 2021 19:21 WIB

Mengapa Booster Vaksin Belum Etis Dilakukan Saat Ini

Vaksinasi Covid-19 menganut azas keadilan dan non-diskriminatif.

Ampul vaksin Moderna yang digunakan untuk vaksinasi massal Covid-19 dosis tiga di Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Selasa (30/11). Vaksinasi Covid-19 dosis tiga atau vaksin booster diperlukan terutama bagi kelompok berisiko.
Foto:

Sebelumnya, Ketua Bidang Data dan IT Satgas Penanganan Covid-19 Dr Dewi Nur Aisyah menegaskan bahwa penggunaan vaksin booster atau vaksin penguat dosis ketiga akan percuma apabila kekebalan kelompok belum terbentuk dan tidak bisa menghentikan penularan virus di masyarakat. Dewi dalam konferensi pers daring tentang Analisis Gelombang ke-3 Covid-19 di Indonesia yang dipantau di Jakarta, Senin (29/11), menegaskanmanfaat vaksinasi selain untuk diri sendiri juga guna membentuk kekebalan kelompok di masyarakat agar tidak lagi terjadi penularan Covid-19 di komunitas.

Oleh karena itu menurutnya vaksin penguat dosis ketiga akan percuma diberikan pada orang yang sudah menerima dosis kedua vaksinasi apabila cakupan imunisasi dosis kedua belum mencapai 80 persen dari populasi sebagai syarat kekebalan kelompok. Dewi mengatakan pemerintah saat ini baru memprioritaskan vaksin booster bagi orang berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan.

"Kebijakan booster masih mereka yang berisiko tinggi tenaga kesehatan. PR kita yang dua dosis masih banyak ini harus dikejar dulu," katanya.

Dia menerangkan sejauh ini vaksin yang ada sekarang masih memiliki efektivitas untuk mencegah penularan dari varian baru seperti Delta. Namun untuk varian Omicron masih menunggu hasil studi dari para peneliti.

Dewi menyebutkan saat ini cakupan vaksinasi di Indonesia sudah mencapai 66,52 persen dari target, dan vaksin kedua mencapai 45,30 persen secara nasional. Namun ketika dilihat dari setiap provinsi yang ada, baru lima provinsi yang cakupan vaksinasinya di atas 50 persen yaitu DKI Jakarta, Bali, Yogyakarta, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung.

"Artinya masih ada 29 provinsi yang masih rawan kalau terkena virus, masih bisa menyebar karena cakupan vaksinasinya masih di bawah 50 persen," katanya.

Sedangkan berdasarkan kelompok yang divaksinasi, kelompok tenaga kesehatan dan petugas publik sudah lebih dari 100 persen yang divaksinasi. Namun yang perlu ditingkatkan lagi cakupannya adalah vaksinasi remaja yang mencapai 53 persen dosis kedua, dan lansia yang baru 33 persen vaksinasi dosis kedua.

Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dipastikan aman. Ketua Komnas KIPI Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K) menegaskan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) akibat vaksin Covid-19 paling banyak yang memiliki efek nonserius, yang seluruhnya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu dirawat.

"Data KIPI Covid-19 di Indonesia sejauh ini aman dari KIPI non-serius, tidak dirawat sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan," katanya, Selasa. Ia menyebutkan KIPI paling banyak nonserius seperti mual muntah, mengantuk, nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, lemas, dan lain-lain.

Laporan KIPI paling banyak berasal dari vaksin Sinovac dikarenakan vaksin jenis tersebut yang dominan digunakan oleh Indonesia yakni 150 juta dosis lebih. Sementara untuk jenis KIPI yang dilaporkan dari vaksin Sinovac, Astrazeneca, Pfizer, Moderna, Sinopharm juga memiliki kesamaan yaitu mual muntah, sakit kepala, lemas, nyeri pada suntikan, dan sebagainya.

"Untuk Pfizer sama mual muntah, pusing, lemas, sakit kepala. Karena memang vaksin itu disuntikan nyeri di tempat suntikan. Demam, mual karena ada benda asing masuk ke seseorang tubuh bereaksi gejalanya hampir serupa," katanya.

Ia juga menyebut KIPI vaksin Moderna yang mencapai 7.904 kejadian, namun angka tersebut dari 3,5 juta dosis yang disuntikan pada masyarakat. "Memang banyak, tapi lebih banyak lagi yang tidak lapor atau memang tidak ada gejala. Gejalanya itu sakit kepala, nyeri otot, bengkak, mual muntah," ujar Hinky.

photo
Infografis Efek Samping Booster Covid-19 - (republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement