Selasa 30 Nov 2021 18:41 WIB

Terkait Omicron, RI Kaji Penutupan dari Singapura

Varian Omicron sejauh ini ditemukan tidak menyebabkan keparahan pada penderitanya.

Bandara Changi di Singapura. Dua pelancong dari Johannesburg, Afrika Selatan, dites positif varian virus corona Omicron di Sydney, telah transit melalui bandara Changi. Pemerintah Indonesia belum memutuskan apakah akan menutup penerbangan dari Singapura menyusul kabar tersebut.
Foto:

Wiku menjelaskan, kunci dari antisipasi masuknya varian Omicron dengan mengkaji ulang kebijakan pembatasan pada pintu masuk negara, meningkatkan whole genome sequence untuk mendeteksi adanya varian Omicron, memastikan mobilitas masyarakat dilakukan dengan aman, serta memasifkan testing dan tracing utamanya pada pelaku perjalanan luar negeri. Selain itu, penerapan protokol kesehatan yang ketat juga harus dilakukan apalagi menjelang Natal dan tahun baru yang berpotensi meningkatkan penularan kasus.

Wiku mengatakan, meskipun hingga saat ini kasus positif di Indonesia masih menunjukan tren penurunan, namun ia mengimbau masyarakat agar tak lengah. “Karena belajar dari varian Delta pada periode Idul Fitri, apabila tidak dipersiapkan dengan baik dan dibiarkan menyebar luas di masyarakat, mobilitas masyarakat yang tinggi, terlebih pula apabila kita tidak disiplin menerapkan prokes, maka varian ini dapat kembali meningkatkan kasus Covid-19,” jelasnya

Kepala Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Arya Pradhana Anggakara menjelaskan bahwa aturan pelarangan masuk bagi orang asing ini berlaku efektif hari ini. "Jika ada orang asing yang pernah berkunjung ke negara-negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari ke belakang, maka akan langsung ditolak masuk Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi," jelasnya.

Di samping itu, Ditjen Imigrasi juga menangguhkan sementara pemberian visa kunjungan dan visa tinggal terbatas bagi warga negara Afrika Selatan, Bostwana, Angola, Zambia, Zimbabwe, Malawi, Mozambique, Namibia, Eswatini, Lesotho, dan Hong Kong. "Jika masyarakat membutuhkan konsultasi lebih lanjut, kami membuka saluran komunikasi melalui livechat di www.imigrasi.go.id pada hari dan jam kerja," tambahnya.

Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan vaksinasi mampu mengurangi risiko keparahan pasien yang terjangkit Covid-19 varian Omicron. "Kalau cakupan vaksinasi sudah baik dan selama protokol kesehatan (prokes) juga baik maka tidak perlu khawatir berlebihan," kata Ketua Pokja Genetik FKKMKUGM dr Gunadi saat ditemui di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Selasa.

Menurut Gunadi pengakuan dari sejumlah dokter di Afrika Selatan yang terkonfirmasi terpapar Covid-19 varian Omicron mengindikasikan bahwa varian itu tidak menimbulkan gejala berat bagi penderita yang telah divaksin. "Kalau kita melihat penjelasan dokter di Afrika Selatan itu kan tidak ada gejala batuk tapi hanya pegal-pegal. Itu pun (diketahui terinfeksi Omicron) karena kebetulan mereka melakukan tes PCR," kata dia.

Meski belum bisa disamakan dengan varian Delta, menurut dia, varian itu juga memungkinkan menurunkan tingkat efikasi vaksin namun tidak sampai menimbulkan dampak keparahan tinggi hingga kematian bagi pasien yang telah tervaksinasi. "Seperti saat Delta kemarin, vaksin masih cukup efektif meskipun turun efektivitasnya, tapi dalam mencegah keparahan dan mencegah kematian itu kan masih sangat efektif," kata dia.

Selain itu, lanjut Gunadi, cakupan penularan Omicron juga diperkirakan dapat dihambat dengan semakin luasnya cakupan vaksinasi di Tanah Air. Perkiraan itu, menurut dia, berdasarkan laporan kasus penularan Omicron di Afrika Selatan yang lebih banyak menginfeksi warga berusia 18 sampai 34 tahun yang sebagian besar belum mendapat suntikan vaksin.

"Saya kira vaksinasi dan protokol kesehatan adalah dua perlindungan yang cukup. Jadi kalau mendapat kesempatan vaksinasi saya harap harus diambil," ujar dia.

Meski demikian, varian itu patut diwaspadai karena memiliki mutasi sekitar 50 dengan 30 mutasi berada di spike protein S pada SARS-CoV-2 sehingga diperkirakan memiliki daya penularan lebih besar dibandingkan varian Delta yang hanya memiliki mutasi 23 dengan 38 di spike protein S. "Tapi itu baru hipotesis yang masih perlu dibuktikan dengan riset yang lebih banyak," kata dia.

photo
Infografis Waspadai Varian Baru Virus Corona dari Afrika - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement