Selasa 23 Nov 2021 14:59 WIB

Memahami Banjir Sintang

Sintang secara geografis merupakan titik temu dari tiga sub DAS. 

Sejumlah anak bermain di jalanan yang terendam banjir di tepian Sungai Kapuas, Sintang, Kalimantan Barat, Senin (22/11/2021). Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan banjir di Kabupaten Sintang terjadi karena curah hujan tinggi serta daerah tangkapan air di hulu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi sudah banyak berkurang, sehingga sungai meluap terutama pada titik pertemuan sungai yang padat penduduk.
Foto:

YNKI telah melakukan pemetaan terhadap kondisi di ketiga Sub DAS tersebut. Hasilnya adalah, untuk Sub DAS Kapuas, daerah tangkapan air (DTA) mencapai 59 persen dari luas areal atau 1,866 juta hektare. 

Sub DAS Melawi, untuk DTA luasnya 1,676 juta hektare atau 74 persen dari luas areal. Sedangkan untuk Sub DAS Ketungau, areal DTA mencapai 117 ribu hektare atau 21 persen dari total areal keseluruhan. 

Luas tutupan hutan di DTA Sub Kapuas 1,709 juta hektare (91 persen dari DTA Sub Kapuas), Sub Melawi 1,161 juta hektare (74 persen) dan Sub Ketungau 71.287 hektare (60 persen). Luas DTA yang terdegradasi di Sub DAS Kapuas mencapai 161.465 hektare, Sub DAS Melawi 515.137 hektare, dan Sub DAS Ketungau 46.567 hektare.

Di kawasan DTA tersebut, tercatat ada 5.076 hektare tanaman sawit di Sub DAS Kapuas, 11.354 hektare di Sub DAS Melawi, dan 3.885 hektare di Sub DAS Ketungau. Daerah resapan gambut dan areal banjiran di masing-masing Sub DAS adalah 26 persen (Kapuas), 0,77 persen (Melawi) dan 43 persen (Ketungau). Persentase kawasan hutan pada area resapan untuk di Sub DAS Kapuas berkisar 89,6 persen, Sub DAS Melawi 2 (dua) persen, dan di Sub DAS Ketungau 26 persen.

"Ini belum lagi ditambah tambang dan PETI di Sub DAS Kapuas 7.939 hektare, Sub DAS Melawi 7.688 hektare, dan Sub DAS Ketungau 1.539 hektare," kata Haryono.

Curah Hujan

Areal pegunungan tengah Kalimantan merupakan areal dengan tingkat hujan paling ekstrem se-Kalimantan. Sehingga, Sub DAS Kapuas, Melawi dan Ketungau, masuk dalam kategori basah atau curah hujan di atas 200 mm per bulan, dengan jumlah bulan di atas 9 bulan. 

Musim kering pada kawasan tersebut, berkisar dua bulan. Bahkan di kawasan Sub DAS Kapuas, ada yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, yakni di atas 400 mm per bulan dalam kurun waktu dua bulan.

"Jika hujan terjadi di Sub DAS Kapuas, ada areal resapan yang masih sangat luas dan tersebar, dengan kisaran 480 ribu hektare," kata Haryono. 

Namun jika Sub DAS Melawi dan Ketungau juga mendapat curah hujan yang tinggi, maka aliran hujan akan langsung menuju hilir sungai. Khususnya di Sub DAS Melawi, dimana areal banjiran dan resapan hanya 0,77 persen dari daerah tangkapan air.

"Terlebih lagi, daerah tangkapan air perbukitan di atas 100 meter dari permukaan laut, yang sudah degradasi, sangat luas dan tersebar," ujar dia menjelaskan.

Kubikasi air yang sangat besar, ditambah kondisi geografis dan beda ketinggian antara pesisir dan Kabupaten Sintang di kisaran 20 meter, membuat banjir di Sintang lamban surut. Ia memperkirakan setiap 100 kilometer panjang Sungai Kapuas, selisih ketinggian air hanya empat meter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement