REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memastikan, nantinya LRT Jabodebek akan dioperasikan tanpa masinis. VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, saat ini, KAI tengah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang andal untuk memastikan pelayanan, keselamatan, dan keamanan selama dalam perjalanan tetap terjaga.
“Meski LRT Jabodebek akan beroperasi tanpa masinis, nantinya terdapat dua orang petugas pada setiap rangkaian LRT Jabodebek yaitu satu orang train attendant dan satu orang security,” kata Joni dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (23/11).
Joni menjelaskan, train attendant bertugas untuk memastikan segala sesuatu terkait LRT Jabodebek agar berjalan normal. Selain itu juga memberikan informasi dan pelayanan kepada penumpang LRT Jabodebek.
“Train attendant selalu mobile di dalam kereta dan tidak mengoperasikan sarananya dalam operasi normal,” tutur Joni.
Joni menuturkan, train attendant tetap disiapkan karena pengoperasian LRT Jabodebek dilakukan secara otomatis. Pengoperasian LRT Jabodebek dilakukan secara terpusat dari Operation Control Center (OCC).
“Pada saat terjadi gangguan, train attendant bertugas untuk mengemudikan dengan kecepatan terbatas dan membuka-tutup pintu LRT Jabodebek,” ujar Joni.
Dia menambahkan, KAI saat ini sedang menyiapkan 123 orang train attendant untuk bertugas di 27 rangkaian kereta LRT Jabodebek. Berbeda dengan masinis, Joni mengatakan, petugas train attendant juga harus mampu berbahasa Inggris karena selama perjalanan harus berinteraksi langsung dengan para penumpang.
Joni menegaskan, kualifikasi petugas train attendant tetap mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2017 tentang Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sesuai regulasi tersebut, syarat train attendant di antaranya harus sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna.
Sebelum dapat bertugas, train attendant akan mendapatkan pelatihan selama 2,5 bulan di Balai Pelatihan Teknik Perkeretaapian (BPTP) Sofyan Hadi Bekasi. Jika telah menyelesaikan pelatihan dan lulus uji kecakapan, maka petugas train attendant akan mendapatkan sertifikat kecakapan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
“Melalui persiapan yang matang untuk para petugas LRT Jabodebek, diharapkan mampu memberikan pelayanan maksimal bagi pelanggan untuk merasakan transportasi perkeretaapian urban yang paling maju di kawasan ibu kota,” ujar Joni.
LRT Jabodebek ditargetkan beroperasi pada Agustus 2022. Pengoperasian LRT Jabodebek akan menggunakan sistem kendali kereta berbasis komunikasi Communication Base Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) tingkat tiga.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, aspek keselamatan menjadi yang utama dalam setiap pembangunan infrastruktur transportasi. Budi menegaskan, setiap orang yang bekerja di sektor transportasi harus memiliki etos kerja yang mengutamakan keselamatan.
“Semengat atau spirit pekerjaan di bidang transportasi adalah mengutamakan aspek keselamatan dalam melayani masyarakat. Jadi etos kerja yang mengutamakan keselamatan harus dikerjakan,” jelas Budi.
Budi mengungkapkan, kejadian kecelakaan LRT Jabodebek pada saat melakukan uji coba pada 25 Oktober 2021 menjadi pelajaran yang mahal dan menjadi momentum seluruh unsur terkait. Termasuk melakukan evaluasi dan memperbaiki tata kerja dari aspek SDM maupun SOP.
Dari aspek SDM, Budi menekankan perlunya semua pihak untuk meningkatkan kualitas SDM. Selain itu juga melakukan evaluasi kembali terkait proses rekrutmen dan pelatihan.
“Kita harus menjaga kepercayaan masyarakat dan juga Presiden Joko Widodo yang telah memberikan kepercayaan kepada kita untuk membangun infrastruktur karya anak bangsa yang menjadi salah satu proyek strategis nasional kebanggaan Indonesia,” ungkap Budi.