Senin 22 Nov 2021 23:47 WIB

Jokowi Minta Menteri Samakan Frekuensi Cegah Covid Naik Lagi

Jokowi ingatkan jajarannya tak terjebak ego sektoral jelang akhir tahun 2021.

Rep: Dessy Suciati Saputri, Dian Fath Risalah, Antara/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Foto:

Sementara Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mendorong pemerintah membuat aturan yang jelas dalam penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan status level 3 untuk seluruh wilayah Indonesia pada masa libur natal dan tahun baru (nataru) mendatang.

Dicky menilai pelonggaran PPKM  yang tidak terukur kuat dan strategi komunikasi yang tidak memadai membuat masyarakat kini  menjadi cenderung abai terhadap penerapan protokol kesehatan. Padahal, lonjakan masih sangat  mungkin terjadi, mengingat jumlah populasi yang belum memiliki imunitas baik karena belum divaksinasi dan belum terinfeksi masih cukup signifikan, setidaknya 40 persen dari total populasi. 

Selain itu,  adanya perburukan situasi pandemi di Eropa, Asia dan Kawasan ASEAN, kembali memberi sinyal serius  perlunya upaya pengetatan 3T, 5M, dan akselerasi vaksinasi. Saat ini, sejumlah negara di dunia kembali mengalami pertambahan kasus Covid-19, seperti di Eropa dan China. 

Dicky mengatakan, meskipun telah gencar mengadakan vaksinasi, namun kini mereka tengah kewalahan dengan naiknya tingkat infeksi virus. Menurunnya kasus secara nasional tidak boleh membuat menjadi lengah.

Karena, kombinasi adanya populasi yang belum tercakup vaksinasi, tingginya mobilisasi dan  keberadaan varian Delta merupakan kombinasi maut yang bisa memakan korban. Meskipun, tidak sebesar  gelombang kedua, gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia berpotensi terjadi di triwulan pertama  tahun 2022, dengan asumsi tidak ada varian yang lebih “super’ dari Delta bersirkulasi di Indonesia. 

"Karenanya, jika kita tidak berhati-hati, masa nataru menjadi momen yang rawan, sehingga kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan harus lebih ketat, apalagi dengan mobilitas yang tinggi dan masa karantina yang dipersingkat,” ujar Dicky dalam keterangannya, Senin (22/11). 

Lebih lanjut Dicky mengatakan, dirinya bersama Yayasan Bina Swadaya pun telah menyusun naskah akademik Peta Jalan Adaptasi Pengendalian dan Pemulihan Dampak Covid-19. Peta jalan ini memberikan arahan langkah apa saja yang perlu dilakukan oleh semua pihak untuk mempercepat transisi masa pandemi menuju endemi untuk tercapainya target pembangunan kesehatan. 

Peta jalan ini mengungkap enam pokok permasalahan sektor kesehatan Indonesia yang perlu  dimitigasi dalam upaya pemulihan dampak Covid-19 yakni :

(1) Belum tercapai abang batas herd immunity

(2) Belum optimalnya deteksi dini dan pencegahan

(3) Belum memadai kapasitas lonjakan 

faskes saat krisis

(4) Belum konsistennya perilaku adaptif publik 

(5) Belum optimalnya koordinasi dan monitoring

(6) Potensi penurunan kualitas layanan kesehatan.

Adapun solusi yang ditawarkan peta jalan ini dalam bentuk aksi adaptasi agar tercapainya pemulihan  sektor kesehatan dilakukan dengan cara meningkatkan vaksinasi, melakukan komunikasi risiko, menerapkan tes-lacak-isolasi, melakukan terapi anti-virus, melakukan pengawasan, melakukan pengendalian perbatasan, menerapkan perilaku 5M, memperbaiki kualitas udara, memberikan insentif  kepada tenaga kesehatan, perlindungan pada kelompok rentan, melakukan evaluasi berkala, penguatan sarana dan prasarana sektor kesehatan, memberikan pendanaan serta melakukan riset dan diplomasi kesehatan.

"Kombinasi antara peningkatan program vaksinasi dan konsistensi dalam menaati 5M merupakan hal  yang paling penting selama masa pandemi," tegasnya.

Selain itu, kebijakan dari pemerintah dan penyebaran  informasi harus selalu dipastikan sampai kepada masyarakat hingga ke pelosok negeri untuk meminimalkan dampak. Di sisi lain, Dicky berpendapat penanganan pandemi Covid-19 berbeda dengan penanganan bencana alam. 

 

Dampak bencana alam cenderung terjadi dalam satu periode, pemulihannya bersifat linier yaitu kesiapsiagaan, respons, pemulihan, dan mitigasi. Sementara peristiwa pandemi cenderung dapat terjadi dalam beberapa gelombang, sehingga tantangannya adalah proses pemulihannya bersifat lebih  kompleks dan rumit.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement