Ahad 21 Nov 2021 18:21 WIB

Sosiolog: Tegakkan Prokes dengan Sanksi tak Efektif

Pemerintah diminta tak boleh bosan-bosan sosialisasikan prokes.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Agung Sasongko
Sosialisasi himbauan protokol kesehatan (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Sosialisasi himbauan protokol kesehatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto mengatakan, meningkatkan kesadaran masyarakat melaksanakan protokol kesehatan tak maksimal jika hanya andalkan sanksi.  "Kalau mengandalkan polisi dan sanksi malah tidak efektif," ujar Bagong saat dihubungi Republika, Ahad (21/11). 

 

Baca Juga

Menurutnya, seharusnya yang lebih ditekankan adalah pendekatan yang basisnya insentif dan kesadaran masyarakat. Untuk menumbuhkan kesadaran ini, ia meminta edukasi dan informasi kepada publik harus terus dilakukan.

Pemerintah diminta tak boleh bosan-bosan melakukannya. Namun, ia menyadari berita mengenai pejabat yang tidak menaati protokol kesehatan (prokes) bisa kontraproduktif. Padahal, ia mengingatkan semua pihak terutama sosok bisa melakukan prokes.

Ini termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat yang menjadi contoh dalam melaksanakan prokes. Sebab, mereka punya pengaruh di masyarakat atau kelompoknya. Jika edukasi dan informasi sudah diberikan dan bisa menjadi contoh tetapi masih ada masyarakat yang melanggarnya, Bagong meminta masalah itu diserahkan pada komunitasnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro menjelaskan cara untuk mencegah gelombang ketigq Covid-19 berdasarkan pengalaman kenaikan kasus yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement