Selasa 16 Nov 2021 00:03 WIB

Pahlawan Pandemi Dorong Kesembuhan di Atas 90 Persen

Mereka mengubah perilaku, juga berkontribusi pada percepatan vaksinasi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro.
Foto: Istimewa
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro.

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa pahlawan masa kini ada di mana saja dan bisa siapa saja. Selain tenaga kesehatan dan relawan yang berjuang merawat pasien, sosok pahlawan juga dapat ditemukan dalam masyarakat yang disiplin protokol kesehatan, melakukan edukasi, mengubah perilaku, juga berkontribusi pada percepatan vaksinasi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro menyampaikan, memasuki bulan ke-21 menghadapi wabah Covid-19, inspirasi kepahlawanan dapat ditemukan di berbagai aspek kehidupan, baik pada masa genting dan darurat yang lalu, atau pada kondisi mulai membaik seperti sekarang.

Di antaranya, kata Reisa, pahlawan pandemi dapat ditemukan pada sosok tenaga kesehatan yang merawat kasus terkonfirmasi sampai lebih dari 90 persen-nya sembuh. Per kemarin, Selasa, 9 November 2021, dari 4,24 juta orang Indonesia yang terinfeksi Covid-19, lebih dari 4,09 juta atau 96,3 persen dinyatakan sembuh.

"Dan sebanyak 9.602 atau 0,2 persen masih dirawat atau dalam masa isolasi,” kata dia dalam siaran pers Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, yang diterima Republika.co.id, Senin (15/11).

Seluruh masyarakat Indonesia yang turut berjuang mencari solusi, menggaungkan semangat untuk vaksinasi dan terapkan protokol kesehatan (Prokes), juga merupakan pahlawan. Kedisiplinan Prokes tersebut di antaranya ditunjukkan dalam pemakaian masker. Di mana, menurut Satgas Penanganan Covid-19, lebih dari 90 persen orang Indonesia masih bermasker di tempat umum.

Dia juga menyoroti budaya work from home yang membiasakan kaum pekerja menyeimbangkan kehidupan rumah dan kantor atau dikenal dengan work life balance. Upaya ini, menurutnya, menjadikan para orang tua sebagai pahlawan-pahlawan baru di mata anak-anak mereka.

Reisa menekankan, jasa orang tua, ibu rumah tangga dan anak-anak yang patuh Prokes pun tak kalah heroik. Jasa para duta perubahan perilaku atau kader yang saling mengingatkan untuk tetap bermasker dan segera divaksinasi Covid-19 juga tidak kalah besar.

Maka pada tanggal 10 November ini, Reisa mengajak bukan saja mengilhami perjuangan para pahlawan, namun juga berterima kasih kepada para pejuang pandemi serta mendoakan yang gugur selama melawan Covid-19. Selain itu, dia mengajak tiap orang menepuk bahu sendiri, menyelamati semua yang telah dilakukan untuk keluarga dan lingkungan di masa sulit ini.

"Kontribusi setiap orang sebagai pahlawan masa kini, tetap dibutuhkan sesuai peran masing-masing, untuk dapat bersama-sama keluar dari pandemi," tutur Reisa. 

Senada dengan hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi menyatakan, peringatan hari pahlawan harus menjadi momentum bahwa kita semua adalah pahlawan yang bisa berkontribusi dalam penanganan pandemi.

“Apapun posisi kita, kita harus mampu untuk mengedukasi, mengubah perilaku, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19,  serta  memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penanganan Covid-19,” ucapnya.

Pada momentum Hari Pahlawan, Nadia mengajak, masyarakat untuk mengenang jasa para pahlawan untuk dijadikan semangat dan motivasi dalam berjuang melawan pandemi Covid-19 serta  melanjutkan pembangunan. "Kalau dulu perang melawan penjajah, sekarang perang melawan Covid-19," tandasnya.

Begitu juga dengan peringatan Hari Kesehatan yang jatuh pada 12 November, dikatakannya, bisa dijadikan momentum fokus membangun diri, keluarga, masyarakat dan negara khususnya di bidang pembangunan kesehatan, sejalan dengan tema tahun ini yaitu Sehat Negeriku, Tumbuh Indonesiaku.

Terkait upaya pengendalian Covid-19 di Tanah Air, vaksinasi tetap menjadi salah satu upaya penting, bersama dengan upaya testing, lacak dan isolasi serta kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Jika membandingkan data kita dengan data global untuk vaksinasi, tutur Nadia, Indonesia masuk dalam peringkat ke-5 untuk jumlah orang yang mendapatkan vaksinasi minimal 1 dosis dan juga dari jumlah dosis yang diberikan. 

"Selain itu, Indonesia juga dapat memastikan ketersediaan vaksin untuk dalam negeri di tengah keterbatasan ketersediaan vaksin di level global," ujarnya.

Sedangkan mengenai capaian vaksinasi, dia mengatakan, saat ini ada 21 ibukota provinsi sudah mencapai target lebih dari 70 persen di bulan November. Untuk vaksinasi anak, disebutkannya, dapat diawali di kab/kota yang telah mencapai target dosis 1 lebih dari 70 persen total sasaran dan lebih dari 60 persen populasi lansia. 

Vaksinasi anak direncanakan dimulai pada 2022. Mengingat ada 26,4 juta anak usia 6-11 tahun di Indonesia, maka dibutuhkan 58,7 juta  dosis untuk dua kali suntikan.

Sementara untuk vaksin booster, menurut Nadia, diekspektasikan dimulai pada Januari 2022. “Sesuai rekomendasi ITAGI,saat ini indonesia perlu memprioritaskan pemenuhan cakupan vaksinasi lengkap Covid-19 pada populasi umum. Booster dapat dilakukan setelah lebih dari 50 persen sasaran tervaksinasi lengkap (terbentuk herd protection), dimulai dengan prioritisasi pada orang lanjut usia,” paparnya.

Pemberian booster dimulai pada kelompok lansia berdasarkan pertimbangan faktor risiko dan diharapkan dapat dimulai di Januari 2022 saat 50 persen sasaran sudah divaksinasi lengkap.

Nadia menekankan, vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains, sehingga masyarakat diminta jangan ragu dan jangan takut ikut vaksinasi. Kemudian, walaupun sudah di vaksinasi dan situasi pandemi semakin membaik, dia mengingatkan, warga untuk tetap menjaga protokol kesehatan agar tidak terjadi lonjakan kasus.

“Relaksasi berbagai kegiatan saat ini harus disikapi secara bijak. Kita semua harus selektif memilih kegiatan-kegiatan yang prioritas saja dengan mengedepankan protokol kesehatan sehingga tetap bisa sehat dan produktif,” tegasnya. 

Kendornya protokol kesehatan saat mobilitas meningkat, kata Nadia, bisa memberikan kesempatan virus berkembang dan bermutasi. Sedangkan untuk pengelola tempat publik, dia juga mengimbau, untuk melakukan pengawasan ketat selama jam operasional berlangsung agar tidak terjadi kerumunan dan pelanggaran prokes.

“Kepada seluruh masyarakat, mari pertahankan kondisi yang baik ini jangan sampai kita harus kembali menarik rem darurat kembali. Tetap disiplin protokol kesehatan dan segera mengakses vaksin dengan jenis vaksin apapun yang tersedia,” pesan Nadia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement