REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, mencatat angka stunting di wilayah tersebut terus menurun dibandingkan tahun sebelumnya dari angka 11.725 anak menjadi 7.987 anak di tahun 2021. Namun, Cianjur masih masuk dalam lokasi fokus stunting nasional.
Sekretaris Dinkes Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy saat dihubungi, Ahad (14/11), mengatakan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) angka stunting di Cianjur tahun 2019 mencapai 27,5 persen atau 12.761. Namun, pihaknya mencatat hanya 6,61 persen dari total anak di Cianjur.
"Tahun 2020 kembali turun diangka 11.725 atau 6,3 persen dan tahun 2021 tepatnya bulan Agustus, data yang kami miliki tinggal 7.987 anak atau 4,34 persen dari jumlah anak di Cianjur. Memang berbeda dengan data Riskesda karena masih ada data anak cenderung stunting," katanya.
Selama ini, pihaknya hanya mendata anak yang mengalami stunting di Cianjur dengan jumlah yang terus menurun setiap tahunnya. Berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk menekan angka stunting, termasuk melakukan penanganan cepat terhadap anak yang mengalami kecenderungan.
Upaya yang dilakukan untuk penurunan atau pencegahan stunting di Cianjur, tambah dia, dilakukan dengan melibatkan banyak dinas alias keroyokan. Hal itu termasuk berkoordinasi dengan seluruh dinas dan instansi dalam upaya penanganan dan menekan angka stunting.
"Sesuai dengan permintaan Bupati dan Kementerian Kesehatan, kami melakukan penanganan bersama, mulai dari dinas sosial, PUPR, pertanian hingga dinas pendidikan. Karena hingga saat ini, Cianjur masih masuk dalam lokasi fokus stunting nasional," katanya.
Berdasarkan data dari Riskesda 50 desa di Cianjur, masuk dalam lokasi fokus kecenderungan dan kasus stunting yang besar. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan, meski dugaan sementara baru kecenderungan karena jika diabaikan berpotensi menjadi stunting.
"Kita juga akan fokuskan penanganan di masing-masing desa, meski baru kecenderungan, namun harus segera ditindaklanjuti agar angka stunting tidak kembali tinggi," kata Irvan.