Ahad 14 Nov 2021 19:00 WIB

Tak Hanya Mengaji, Santri Dibekali Ilmu Agrobisnis

Ponpes Al-Ittifaq mendorong santri berkemampuan wirausaha atau menjadi santripreneur.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Irfan Fitrat
Santri tengah mengolah kopi di coffee shop, yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Foto: Muhammad Fauzi Ridwan/Republika
Santri tengah mengolah kopi di coffee shop, yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Belasan santri perempuan tengah duduk santai di sebuah coffee shop, yang berada di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Mereka mengobrol seputar tata cara mengolah kopi.

Di hadapan mereka ada dua santri berpeci yang sedang mengolah biji kopi untuk menjadi minuman. Biji kopi dipanggang, digiling, lantas diseduh, untuk kemudian disajikan. Aktivitas para santri itu merupakan bagian dari pendidikan di Ponpes Al-Ittifaq. Santri ponpes yang ada di Kampung Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, itu memang tak hanya mengaji mendalami ilmu agama, tapi juga didorong untuk memiliki keterampilan wirausaha, dan bahkan diharapkan dapat menjadi santripreneur.

Dengan begitu, setelah lulus nanti, diharapkan para santri dapat mandiri secara ekonomi. “Ketika mereka pulang menjadi dai atau ustaz, tidak hanya mengajar mengaji saja, tapi mandiri secara ekonomi,” ujar Bendahara Koperasi Ponpes Al-Ittifaq, Silvie Fauziah, saat ditemui belum lama ini di Ponpes Al-Ittifaq.

Silvie menjelaskan, Ponpes Al-Ittifaq memiliki program khusus atau takhassus bagi para santri yang ingin mendalami bidang agrobisnis. Saat ini ada sekitar 500 santri, baik laki-laki maupun perempuan, dari jenjang madrasah tsanawiyah dan aliyah, yang mengikuti program tersebut. Tidak hanya dibekali teori, para santri juga diajak langsung melakukan kegiatan praktik di perkebunan dan peternakan.

Setelah dinilai memahami aktivitas di perkebunan dan peternakan, santri kemudian diarahkan ke packing house, yang mencakup berbagai kegiatan. Seperti sortasi, grading, packing (pengemasan), labeling, serta pemberian barcode dan tanda expired. Santri yang sudah memahami dan memiliki keterampilan dalam bidang itu, kata Silvie, nantinya ditempatkan di bagian distribusi, pemasaran, dan administrasi usaha ponpes.

Kurang lebih sekitar tiga tahun para santri dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam bidang agrobisnis ini, yang diharapkan dapat menjadi bekal setelah mereka lulus pesantren. “Kita tidak bisa menjamin lulusan pondok pesantren semuanya jadi kiai dan ulama. Tapi, lulusan pesantren harus bisa terjun di masyarakat mandiri dan membuka peluang pekerjaan baru untuk masyarakat di sekitarnya,” ujar Silvie.

photo
Sejumlah santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq tengah praktik pertanian. - (Muhammad Fauzi Ridwan/Republika)

 

Ponpes Al-Ittifaq, yang berdiri pada 1934, sudah bergelut dalam bidang pertanian sejak sekitar 1970, di bawah kepemimpinan KH Fuad Affandi. Menurut Silvie, sekitar 80 persen alumni Ponpes Al-Ittifaq ini bergerak dalam bidang pertanian. Para alumnus ponpes ini tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat (Jabar). Di samping ada yang mendirikan pondok pesantren, ada pula yang memiliki bisnis pertanian.

Sebanyak 270 petani, yang merupakan alumnus ponpes, disebut menyuplai komoditas pertanian untuk usaha Ponpes Al-Ittifaq, yang dirintis sejak sekitar 1994. Mereka memiliki lahan garapan pribadi yang luasnya mencapai sekitar 132 hektare.

Adapun Ponpes Al-Ittifaq memiliki lahan pertanian seluas kurang lebih 14 hektare, yang dimanfaatkan untuk kepentingan usaha. Lahan tersebut diolah untuk dapat menghasilkan sekitar 127 item komoditas pertanian. Silvie mengatakan, komoditas yang telah dikemas kemudian dipasarkan. Menurut dia, pemasarannya sudah dilakukan ke sejumlah pasar modern yang ada di wilayah Jabar, juga Jakarta dan Tangerang. Produk yang dikirim setiap harinya bisa mencapai sekitar 5,7 ton.

Kerja sama

Sejak 2014, Silvie menjelaskan, Ponpes Al-Ittifaq menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia (BI). Kerja sama itu disebut untuk mendorong produktivitas pertanian yang dikelola ponpes. “Memang aksi nyata untuk kemajuan kemandirian pesantren adalah Bank Indonesia, salah satunya. Bank Indonesia melihat potensi kami, pondok pesantren bisa mandiri dari hulu sampai hilir,” katanya.

BI memberikan bantuan, di antaranya berupa greenhouse. Dukungan BI ini, kata Silvie, membantu ponpes untuk meningkatkan produktivitas pertanian. “Ketika kita punya lahan, tapi teknologi dan sistem lainnya kurang, nah itu didukung Bank Indonesia, sehingga produktivitas meningkat. Jadi, kita juga pengiriman (produk) lebih banyak, membantu juga pengiriman ke banyak pasar,” ujar dia.

Bersama BI, Ponpes Al-Ittifaq juga mengembangkan program pendampingan terhadap sekitar 49 pesantren di Indonesia. Pesertanya akan mendapat pendampingan terkait tata cara menanam dan mengelola lahan pertanian. Salah satu yang ditekankan adalah soal pola tanam agar panen berlangsung secara bertahap. “Kalau sudah di tempat A panen, di tempat B setiap hari panen, setiap hari tanam, itu prinsip kami,” kata Silvie.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement