REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang terjadi di wilayah Jember, Jawa Timur, menyebabkan sedikitnya 200 warga mengungsi di Balai Desa Pondok Joyo. Hal ini berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember per Rabu (10/11) pukul 19.55 WIB. Kejadian ini mengakibatkan ketinggian air pada saat banjir berkisar antara 30-70 sentimeter.
"Kondisi tanah yang labil juga menyebabkan longsor yang menyebabkan tertutup akses jalan ke arah wisata Gunung Gambir," ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (11/11).
Pihaknya mencatat kerugian material atas dampak kejadian ini meliputi 116 unit rumah, satu unit musholla, 1 unit jembatan, dan satu gedung sekolah menengah pertama. Ia menyebutkan, lokasi terdampak yakni Desa Manggisan di Kecamatan Tanggul, Desa Pondok Joyo, Desa Pondok Dalem di Kecamatan Semboro, Desa Kramat Sukoharjo di Kecamatan Tanggul, dan Desa Gelang di Kecamatan Sumberbaru.
Ia menambahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember bersama tim gabungan menuju ke lokasi kejadian guna melakukan pendataan dan evakuasi korban terdampak. Distribusi logistik bagi para pengungsi dilakukan di Balai Desa Pondok Joyo.
Hingga kini, tim gabungan terus berupaya melakukan penanganan darurat pasca banjir dan tanah longsor serta mengantisipasi adanya potensi longsor susulan. Lebih lanjut, BNPB mengingatkan potensi fenomena La Nina yang telah dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih dapat terjadi hingga Februari 2022.
"Hal ini dapat berdampak pada sejumlah perubahan intensitas hujan di sejumlah wilayah Indonesia. BNPB mengimbau untuk seluruh perangkat daerah setempat dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan," ujarnya.
Ia menambahkan, pemanfaatan lahan dalam pembangunan hendaknya memperhatikan analisis dampak lingkungan. Kemudian, dia melanjutkan, penguatan unsur tanah juga diperlukan dengan melakukan penanaman pohon terlebih saat terjadinya hujan karena akan memicu pergerakan tanah yang dapat mengakibatkan longsor.
Banjir juga menerjang dua desa yang berada di Pacitan, Jawa Timur. Adapun dua desa terdampak tersebut antara lain Desa Pagerejo, Kecamatan Ngadirojo dan Desa Belah di Kecamatan Donorojo.
"Merujuk data yang dikeluarkan Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Kamis (11/11) pukul 12.00 WIB, tercatat sebanyak 7 KK / 30 jiwa terdampak dan tujuh unit rumah terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) 20-50 sentimeter," ujar Muhari.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan Didik Alih Wibowo menambahkan, banjir yang terjadi merupakan luapan dari anak sungai yang tidak mampu menampung air sehingga meluap hingga permukiman masyarakat.
Sebab, Pacitan dari malam hingga pagi hujan dengan intensitas sedang, kemudian terjadi penyumbatan pada selokan, sehingga mengalami kenaikan debit air dan meluap ke jalan dan permukiman penduduk.
"Meskipun sempat banjir, namun hanya terjadi sesaat karena hujan sudah reda dan langsung dilakukan pembersihan,” kata Didik.
Ia menambahkan, BPBD Kabupaten Pacitan terus mengupayakan penanganan dengan berkoordinasi dengan dinas terkait dan perangkat desa setempat untuk melakukan penanganan lebih lanjut, melakukan asesmen, melakukan pembersihan sisa material dan mendistribusikan logistik kepada masyarakat terdampak.
Selain itu Didik menambahkan, BPBD telah membentuk tim yang ditempatkan di tiap kecamatan yang berada di Kabupaten Pacitan guna melakukan penanganan bencana tahap awal.
“BPBD membentuk Agen Siaga Bencana yang beranggotakan BPBD dan relawan lokal yang di tempatkan pada masing-masing kecamatan dengan tugas untuk mengedukasi dan melakukan penanganan bencana jika terjadi bencana di daerahnya. Mereka telah dibekali dengan pengetahuan evakuasi dan pengetahuan bencana,” ujarnya.