REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bencana banjir bandang di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, akibat meluapnya Sungai Cimandiri pada Selasa (9/11), menyisakan rasa trauma bagi penyintas yang tinggal di Kampung Mariuk. Sebagian besar warga trauma karena nyawa hampir melayang saat air merendam rumahnya.
"Alhamdulillah saya masih bisa selamat dari bencana banjir ini dan pertama kali mengalaminya. Walaupun memang rumah saya sering terdampak, tapi baru kali ini banjir sangat parah dengan ketinggian air mencapai satu meter lebih atau seukuran dada orang dewasa normal," kata Entim, penyintas banjir bandang yang merupakan warga Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kamis (11/11).
Ia mengisahkan pada Selasa malam turun hujan deras memicu meningkatnya debit air Sungai Cimandiri dan akhirnya meluap. Rumah Entim yang kebetulan berada tidak jauh dari bantaran sungai terendam di pelataran dan masuk ke dalam rumah.
Sekitar pukul 23.00 WIB, ia melihat air sudah masuk ke dalam tempat tinggalnya, sehingga menambah panik, belum lagi debit air yang merendam rumahnya itu terus meningkat hingga setinggi dadanya atau kurang lebih satu meter.
Kepanikan pun bertambah, karena di dalam rumah tidak hanya ada Entim dan suaminya saja, tetapi terdapat menantu dan cucunya yang masih anak-anak. Suami Entim yang tidak ingin terjadi sesuatu terhadap keluarganya memilih berenang dengan hanya menggunakan alat bantu jeriken agar tetap mengapung untuk menyelamatkan istri, menantu dan cucunya.
Kondisi yang darurat dan belum adanya tim penolong, suaminya dengan heroik mengevakuasi satu persatu anggota keluarganya ke tempat yang lebih tinggi dan aman. Akhirnya, berkat perjuangan sang kepala keluarga satu keluarga berhasil diselamatkan.
Entim pun hanya pasrah melihat rumahnya terendam banjir, namun ia bersyukur atas perjuangan suaminya itu seluruh anggota keluarganya selamat. Setelah hujan mulai mereda, debit air Sungai Cimandiri pun berangsur turun dan pada Rabu (10/11) sekitar pukul 03.00 WIB, banjir akhirnya surut.
Setelah bencana banjir yang hampir merenggut nyawa dirinya dan keluarganya, sampai saat ini ia mengaku masih trauma dengan kejadian yang baru saja dialaminya itu. Belum lagi ia dan keluarganya harus membersihkan sisa lumpur yang masih menggenangi rumahnya.
"Saat terkepung banjir di dalam rumah ada suami, menantu dan empat cucu saya yang masih kecil-kecil. Saya masih trauma jika mengingat di mana kami terkepung banjir di dalam rumah, tapi Alhamdulillah berkat perjuangan suami semuanya bisa selamat," katanya.