REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Semua pihak, utamanya kaum muda, diajak untuk tidak melupakan sejarah bangsa. Menurut sejarawan lulusan Universitas Negeri Jakarta sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), Asep Kambali, perjuangan terberat kita hari ini adalah perjuangan melawan lupa.
“Makanya belajar sejarah itu berat. Orang cenderung melupakan sejarah, padahal Bung Karno berpesan dalam pidatonya pada akhir jabatan sebagai presiden, yaitu tahun 1966, untuk jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," kata Asep, Rabu (10/11).
Hal itu dia katakan berkaitan dengan peringatan Hari Pahlawan pada 10 November. Asep menyebut, dengan mempelajari sejarah, semua orang akan semakin menyadari bahwa Indonesia merupakan hasil dari tetesan keringat, air mata, bahkan nyawa dari para pahlawan bangsa.
Jika seseorang sudah memahami sejarah, maka dalam hatinya akan tumbuh rasa cinta kepada pahlawan dan negara. "Sama halnya kalau kita tahu orang tua membesarkan kita, melahirkan, jual tanah atau rumah demi kita, maka sebagai anak akan semakin sayang pada orang tua," ujar Asep.
"Begitupun negara. Makin tahu perjuangan pahlawan bangsa, maka kita akan makin cinta dengan Indonesia. Jadi, benteng kita adalah pemahaman sejarah," kata dia.
Pada era digital saat ini, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempelajari sejarah. Salah satunya melalui konten yang dibagikan di media sosial. "Karena baca buku atau mendengarkan guru dirasa membosankan, maka belajar sejarahnya coba pakai Tiktok, SnackVideo, atau Instagram. Nah, itu hal-hal sederhana yang bisa dilakukan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Asep, maraknya media sosial saat ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh generasi muda untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Selain itu, melalui konten-konten positif bertema sejarah di media sosial, Asep mengatakan generasi muda saat ini akan dikenang sebagai generasi yang memberikan kontribusi positif, yaitu dalam perjuangan melawan lupa.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, mengatakan sosok Cut Nyak Dien merupakan tokoh inspirasi dan teladan bagi perempuan Indonesia, khususnya perempuan Aceh. Dulu para perempuan Aceh sudah berjuang menggelorakan semangatnya untuk berjuang merebut kemerdekaan.
“Mari kita berjuang untuk mengisi kemerdekaan. Kita para perempuan tidak hanya menjadi penikmat pembangunan, tapi ikut berjuang mengisi pembangunan itu sendiri," ujarnya saat mengunjungi makam Cut Nyak Dien di Sumedang, Jawa Barat.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Menteri Bintang ke makam Cut Nyak Dien yang bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan. "Hal ini dapat memotivasi kami untuk bisa meneruskan cita-cita para pahlawan dan Menteri Bintang tentunya merupakan pahlawan perempuan yang mudah-mudahan bisa menginspirasi seluruh warga bangsa, terutama perempuan," kata dia.
Dony mengatakan terdapat semangat yang dapat dibawa oleh generasi muda, termasuk perempuan dan anak dalam peringatan Hari Pahlawan. Pertama, untuk meneruskan cita-cita perjuangan para pahlawan. “Kedua, makna hakiki dari kemerdekaan saat ini adalah merdeka dari kemiskinan dan kebodohan, untuk itu generasi penerus pahlawan ini harus menjadi bagian dari solusi untuk bersama-sama mengatasi kemiskinan dan kebodohan di negara kita, sehingga kita akan maju," jelasnya.
Pada 1906, Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang setelah ditangkap oleh Belanda untuk menghindarkan adanya komunikasi dengan para pejuang Aceh lainnya. Pada November 1908, Cut Nyak Dien meninggal dunia dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Di tempat berbeda, Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda, terus berkarya meniru semangat para pahlawan, sehingga ilmu yang didapatkan bisa menjadi hal yang bermanfaat bagi banyak orang. "Sekarang saatnya generasi penerus harus muncul dan mengasah ilmu pengetahuannya, harus mengembangkan sayap dan jaringan sehingga ke depan bisa menjadi hal yang bermanfaat bagi banyak orang," kata dia di Kediri.
Abu memotivasi dan mendorong generasi muda untuk fokus pada pekerjaan, hobi, atau apapun yang digemari sehingga bisa menorehkan sejarah untuk kota itu dan bangsa Indonesia. Dirinya mengatakan, di Kota Kediri, bonus demografi sudah di mulai pada 2018. Pada masa tersebut, usia produktif lebih banyak dibandingkan usia yang nonproduktif.
Menurut Abu, layanan di Pemerintah Kota Kediri pun sudah berubah ke arah pendekatan melalui sistem, teknologi informasi dan lainnya. Ia juga mengatakan saat ini sudah tidak ada sekat.
Untuk itu, semua pihak, khususnya anak muda, harus mampu menyesuaikan diri dengan cara terus belajar, berkonsolidasi, mengembangkan jaringan, dan perlu berkolaborasi untuk membuat semuanya menjadi lebih nyata dan lebih besar dalam bidang apapun. "Untuk generasi muda perlu saya ingatkan kembali bahwa kita harus terus belajar dan berkarya karena kalau tidak seperti itu, nantinya kita akan kalah bersaing," ujarnya.