Senin 08 Nov 2021 07:24 WIB

Harimau Sang Pawang Ekosistem

Menyelamatkan harimau sumatra seperti menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.

Seekor harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) berada di dalam kandang Kebun Binatang Taman Rimba, Jambi, Ahad (18/4/2021). Kebun binatang satu-satunya di Jambi tersebut saat ini tengah dalam proses pengajuan pemindahan pengelolaan dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Pertanian (TPHP) Provinsi Jambi ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat guna memaksimalkan pelayanan dan jumlah kunjungan.
Foto:

Oleh : Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli

Tanda ekosistem sehat

Keberadaan harimau dalam sebuah hutan mengindikasikan adanya ekosistem hutan yang sehat. Kepunahan hewan pemangsa top predator dapat dijadikan tanda bahwa sebuah ekosistem tak terjaga dengan baik, lalu masa depan seluruh ekosistem hutan itu terancam seiring punahnya spesies yanglg menduduki puncak rantai makanan.

Menyelamatkan harimau, berarti ikut pula menyelamatkan ekosistem dan habitat asli hutan yang besar. Bila populasi harimau merosot, maka kestabilan rantai makanan terganggu. Itu menyebabkan aneka macam perubahan ekosistem.

Jikalau harimau hilang maka satwa mangsanya, seperti rusa, babi hutan bisa berkembang biak tanpa kontrol. Hilangnya harimau mengakibatkan terjadinya trophic cascade yaitu sebuah fenomena ekologi yang dipicu oleh ketidakseimbangan jumlah populasi imbas adanya penambahan atau hilangnya hewan predator puncak. Ini akan berdampak pada perubahan dramatis struktur ekosistem yang ada dan siklus nutrisi.

Dunia pernah mengalami kejadian trophic cascade ini, seperti yang dikutip oleh Wiene Andriyana, dari artikel The Secret Wisdom of Nature, yang ditulis oleh Peter Wohlleben, menceritakan tentang pengalaman getir yang terjadi di taman nasional tertua dunia yakni Yellowstone National Park di Amerika Serikat.

Serigala pernah jadi hewan top predator di sana. Punah di akhir tahun 1930, karena banyak masyarakat di sekitar taman nasional memburu hewan tersebut.

Serigala diburu karena dianggap sebagai pemangsa hewan ternak masyarakat. Setelah serigala lenyap, terjadi ledakan populasi homogen rusa besar (moose) yang tadinya sebagai mangsa utama serigala. Rusa ini memakan habis rumput dan tanaman muda, yang berakibat tidak terjadinya regenerasi pepohonan di dalam hutan di taman nasional tersebut.

Sebagai akibatnya, berbagai burung dan berang-berang menghilang karena tidak memiliki sumber pangan yang cukup karena kalah pangan dengan rusa. Sungai terdampak, karena hilangnya vegetasi rumput membuat siklus air terganggu.

Sungai tidak punya area penahan lagi menyebabkan tingginya debit air masuk sehingga banjir dan erosi tidak terhindarkan. Peristiwa ini terus terjadi sampai 1995, karena buruknya dampak terhadap ekosistem, akhirnya Pemerintah Amerika Serikat mengambil keputusan untuk mendatangkan dan melepasliarkan serigala asal Kanada. Perlahan-lahan keseimbangan alam kembali ke Yellowstone.

Tentunya kita tidak menginginkan peristiwa ini terjadi di Indonesia. Punahnya harimau sumatera tentunya akan berdampak pada terganggunya ekosistem hutan hujan tropis di Indonesia. Itu karena, terganggunya ekosistem hutan tentunya akan memicu terjadinya perubahan iklim yang berdampak pada berkurangnya pasokan makanan untuk penduduk Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera.

Menyelamatkan harimau sumatera dari kepunahan adalah sama dengan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran/kepunahan yang perlahan. Jika harimau menjadi predator tertinggi musnah di hutan ini seperti tukang kayu mencabut satu balok kayu yang sedang memegang posisi kunci pada permainan balok susun, begitu balok kunci disingkirkan, balok susun pun akan runtuh.

Memastikan kelestarian harimau sumatera secara permanen adalah tugas kita semua. Tidak saja pihak yang berwajib yang bertugas menjaga tetapi semua pihak baik itu pemerintahan dan seluruh unsur masyarakat harus terlibat dalam pelaksanaannya. Pemikiran yang ada selama ini bahwa harimau adalah ancaman sehingga harus diburu dan dibunuh, harus dihilangkan.

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yang menjadi habitat harimau harus terus menerus diyakinkan bahwa dengan keberadaan harimau di tengah rimba, dapat menjaga kelestarian ekosistem hutan yang mendukung kehidupan manusia. Masyarakat harus menjadikan harimau sebagai pawang ekosistem demi masa depan spesies kita, demi kelestarian planet ini agar kita tidak mewariskan harimau sumatera hanya dengan cerita “syahdan” serta gambarnya saja pada anak-cucu kita kelak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement