Senin 08 Nov 2021 03:20 WIB

Ahli: Kerusakan DAS Sebabkan Banjir di Kalbar

Konversi tutupan lagan juga salah satu penyebab terjadinya kerusakan DAS.

Seorang warga di Kalimantan tetap bertahan di rumahnya saat banjir (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Toni-Relawan
Seorang warga di Kalimantan tetap bertahan di rumahnya saat banjir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Henny Herawati, mengatakan selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kalimantan Barat juga disebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan. "Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik," kata Henny di Pontianak, Ahad (7/11).

Henny yang sehari-hariannya mengajar di Fakultas Teknik Untan ini mengatakan faktor lain yang menyebabkan banjir adalah terjadinya konversi tutupan lahan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Juga keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya.

Baca Juga

"Sehingga lahan dibuka untuk permukiman, lahan awalnya merupakan lahan tertutup atau kawasan hutan dibuka untuk lahan pertanian atau perkebunan. Selain itu, curah hujan yang lebat terjadi di sejumlah daerah di Kalbar, menyebabkan banjir yang melanda di daerah hulu Sungai Kapuas," tuturnya.

Sedangkan faktor lain penyebab banjir juga dipengaruhi jenis tanah, tutupan lahan, dan pengolahan lahan. Dia juga menjelaskan bahwa banjir adalah kondisi meluapnya muka air sungai akibat tingginya aliran sungai. Sehingga tidak mampu tertampung oleh penampang sungai yang ada. 

"Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari badan sungai akibat curah hujan yang relatif tinggi dan tidak mampu ditampung oleh penampang sungai atau dapat dikatakan kondisi muka air jauh di atas normal," kata alumni Fakultas Teknik Untan Pontianak ini.

Menurutnya, solusi yang harus dilakukan untuk mencegah banjir ini, harus adanya sinergi pemerintah, stakeholder serta masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini, peran pemerintah dan stakeholder yang sigap mengatasi banjir sangat diharapkan, terutama sektor-sektor yang berwenang menangani masalah banjir. "Harus adanya sinergi antar institusi baik Dinas Pekerjaan Umum, Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Lingkungan Hidup dan institusi lainnya, selain itu masyarakat harus tangguh untuk beradaptasi terhadap lingkungan," ujar Henny yang menyelesaikan gelar S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB).

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement