REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kustini Sri Purnomo menilai keberadaan desa wisata menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kecenderungan pasar yang mulai bergeser dari modern ke tradisional.
"Pergeseran tersebut dari kondisi yang serba modern kepada tradisional skala kecil yang unik," kata Kustini saat menjadi narasumber seminar "Pengembangan Desa" yang diselenggarakan Gamakonkrit BEM KM UGM di Sleman, DIY, Sabtu.
Menurut dia, pengembangan desa wisata yang baik dalam perspektif ekonomi daerah, dapat memeratakan pendapatan secara lebih luas. "Pemerataan pendapatan tersebut mulai dari masyarakat yang tinggal di desa tersebut, sekitar hingga pemerintah daerah karena sekitar 40 persen pengeluaran wisatawan digunakan untuk belanja," katanya.
Kustini menjelaskan Pemkab Sleman memiliki peran penting dalam pengembangan desa wisata. Peran yang pertama yaitu sebagai regulator, yakni memberikan regulasi pengembangan desa wisata.
"Pemkab Sleman pada 2015 menerbitkan Perda Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPK) Derah Tahun 2015-2025," katanya.
Ia mengatakan, peran kedua Pemkab Sleman yaitu sebagai fasilitator dan motivator memberikan fasilitasi diantaranya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi SDM, membangun sinergitas dan networkingdengan para pelaku wisata dan stakeholder pariwisata.
"Selain itu memfasilitasi pemasaran desa wisata, kegiatan penguatan desa wisata, pendam,pingan desa wisata, serta kampanye sadar wisata," katanya.
Kustini mengatakan, desa wisata merupakan bagian dari pengembangan pariwisata berkelanjutan dan menjadi program untuk mempercepat kebangkitan pariwisata. "Namun tidak setiap desa dapat dijadikan desa wisata," katanya.
Ia mengatakan, setidaknya diperlukan tiga komponen bagi sebuah desa untuk menjadi desa wisata. Komponen yang dimaksud yaitu basis data potensi desa, minat dan kesiapan masyarakat, konsep dan arah pengembangan.
"Saat ini di Kabupaten Sleman terdapat 53 desa wisata dengan kualifikasi yang telah berkembang dan kurang lebih 100 desa wisata rintisan dengan melibatkan kurang lebih 2.000 tenaga kerja yang terlibat langsung," katanya.