REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang menggelar nonton bareng (nobar) dan diskusi film A Thousand Cuts. Nobar dan diskusi ini bertema ‘Ancaman Serangan Digital dan Pembatasan Bersuara serta Penggelembungan Kekuasan Eksekutif Terhadap Demokrasi Indonesia’.
A Thousand Cuts merupakan film dokumenter garapan Sineas keturunan Filipina-Amerika Ramona Diaz. Film ini mengangkat sosok Pemimpin Redaksi portal berita online Rappler, Maria Ressa. Film tersebut mengeksplorasi konflik antara pers dan pemerintah Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte. Di mana pada akhirnya Maria Ressa pada akhirnya harus mendekam dipenjara selama 6 tahun karena tuduhan penipuan dan pencemaran nama baik.
Dalam film A Thousand Cuts ini, Presiden Rodrigo Duterte tergoda untuk memperpanjang masa jabatannya lebih dari 7 tahun. Diketahui di Filipina, seorang presiden hanya boleh menjabat dalam masa satu periode selama 6 tahun.
Saat itulah arogansi pemerintahan mulai terasa dan cenderung anti-kritik. Kemudian Duterte mencoba membungkam media yang kritis kepada pemerintahannya. Seperti membungkam media yang dipimpin Maria Ressa, Rappler.
"Ketika jurnalis sudah dibungkam, apalagi ditangkap. Maka, tidak akan ada lagi apa-apa, karena tidak ada lagi yang memberitakan," ujar Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Universitas Andalas, Feri Amsari, yang menjadi pemantik diskusi melihat adanya persamaan antara Filipina dan Indonesia. Yaitu persamaan pihak yang sedang berkuasa ingin memperpanjang kekuasaan atau masa jabatan.
Kegiatan yang digelar di Segeh Koffiehuis, Kota Padang, Kamis (4/11) malam WIB itu diikuti puluhan peserta yang terdiri dari masyarakat sipil, jurnalis, aktivis, akademisi hingga pers mahasiswa. Ketua AJI Padang, Aidil Ichlas, mengatakan nobar Film A Thousand Cuts ini digelar di 10 AJI Kota yang tersebar di Indonesia.
Nobar ini menurut Aidil digelar dalam rangka mengingat Hari Internasional Memperingati Impunitas Atas Kejahatan Terhadap Jurnalis yang diperingati setiap 2 November. "Film ini kita harapkan dapat menjaga semangat para jurnalis dan aktivis dalam membela HAM khususnya. Sekaligus mengingatkan adanya ancaman serupa di negara kita, seperti yang terjadi di Filipina," kata Aidil. Aidil menambahkan, nobar dan diskusi ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap Maria Ressa.